Minimalisir Dampak Gerd dengan “Mindful Eating”

  • Bagikan
dr. Wahyu Anggira Larasati, S.Ked (NETT)
dr. Wahyu Anggira Larasati, S.Ked (NETT)

Oleh : dr. Wahyu Anggira Larasati, S.Ked
Penulis adalah Dokter Umum

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Anda pengiadap Gastroesophageal Reflux Disease (Gerd)? Masalah Gerd semakin menjadi perhatian masyarakat dengan makin maraknya angka penderitanya. Gerd merupakan merupakan suatu gangguan saluran pencernaan, isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus. Kondisi itu menyebabkan terjadinya beberapa gejala hingga komplikasi. Tanda dan gejala khas Gerd adalah regurgitasi dan hearburn.

Regurgitasi merupakan suatu keadaan refluks yang terjadi sesaat setelah makan, ditandai rasa asam dan pahit di lidah. Heartburn adalah suatu rasa terbakar di daerah epigastrium yang dapat disertai nyeri dan pedih. Dalam bahasa awam, heartburn sering dikenal dengan istilah rasa panas di ulu hati yang terasa hingga ke daerah dada. Gerd merupakan masalah kesehatan yang penting karena berhubungan dengan penurunan kualitas hidup dan morbiditas yang signifikan. Keberhasilan pengobatan gejala Gerd dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup yang signifikan, termasuk penurunan rasa sakit, peningkatan vitalitas, fungsi fisik dan sosial, dan kesejahteraan emosional.

Faktor risiko gerd antara lain usia tua, indeks massa tubuh (IMT) yang berlebihan, merokok, kecemasan/depresi, dan kurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan juga dapat berkontribusi terhadap gerd, termasuk keasaman makanan, porsi dan waktu makan, terutama yang berkaitan dengan waktu tidur.

Mindful eating atau makan dengan penuh kesadaran adalah tindakan makan dalam kondisi ‘sadar’ yang tidak menghakimi, mengalihkan perhatian seseorang ke makanan dan hubungan pikiran-tubuh. Konstruksi pola makan dengan “mindful eating” mencakup mengenali tanda-tanda rasa lapar dan kenyang pada diri sendiri untuk mengambil keputusan mengenai makanan apa dan berapa banyak yang akan dimakan, memilih makanan yang bergizi dan bercita rasa, tidak dalam aktivitas lain saat makan, dan mengetahui konsekuensi dari pola makan yang tidak baik.

Penerapan “mindful eating”

"Mindful Eating" adalah suatu pendekatan terhadap makan dengan penuh perhatian dan kesadaran. Melibatkan fokus pada pengalaman makan, mengenali rasa lapar dan kenyang, serta menghargai setiap gigitan makanan. Prinsip dasar dari mindful eating adalah mengalihkan perhatian dari distraksi, seperti gadget atau stres, dan benar-benar menikmati setiap momen selama makan. Adapun cara menerapkan mindful eating, sebagai berikut.

Pertama, makan dan kunyah makanan secara perlahan. Mengunyah makanan secara menyeluruh membantu memecah makanan menjadi komponen yang dapat diserap melalui tindakan mekanis dan enzimatik, membantu lendir dalam air liur mengikat unsur makanan yang terurai, membentuk bolus dan melumasinya untuk saluran esofagus. Kunyah setiap suapan sebanyak 30 kali.

Kedua, meditasi. Meditasi dan pernapasan diafragma memodulasi respons stress, lakukan Latihan pernapasan sebelum makan, agar dapat makan dengan tenang dan tanpa terburu-buru. Ketigam mengenal rasa lapar dan kenyang. Hal ini untuk membuat keputusan tentang kapan, apa, dan berapa banyak yang harus dimakan. Pada penderita gerd penting untuk diketahui jenis dan kebiasaan makan yang perlu dihindari. Adapun jenis makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari penderita gerd karena memicu iritasi esofagus dan lambung yaitu, makanan dan minuman yang asam, minuman berkarbonasi, kopi, alkohol, cokelat dan makanan pedas.

Makan larut malam, disarankan memberikan jarak makan 4 jam sebelum tidur untuk pengurangan episode refluks saat berbaring. Tetapkan batas waktu makan di malam hari. Metabolisme paling aktif di pagi hari, oleh karena itu sebaiknya menetapkan batas waktu di malam hari untuk berhenti makan. Telah direkomendasikan, jam 7 malam sebagai batas waktu agar perut punya waktu untuk mengosongkan isinya sebelum tidur.

Makan dengan porsi besar, kebiasaan seperti ini menyebabkan perut begah, yang membuat sfingter di bagian atas perut tidak menutup sepenuhnya. Sehingga isi perut mengalir kembali ke kerongkongan, dianjurkan makan makanan dalam jumlah kecil atau sedang setiap 4-6 jam, hal ini juga untuk menghindari kelaparan yang berlebihan. Berhentilah makan ketika merasa 75% kenyang. Hal ini memungkinkan perut kosong lebih cepat, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya GERD.

Makanan tinggi kalori, pilih makanan kaya serat, yang mengandung antioksidan dan fitonutrien yang mendorong pertumbuhan bakteri anti inflamasi usus dan melindungi jaringan yang mungkin meradang akibat iritasi gerd.

Menggunakan semua “Indera” saat makan. Makanlah secara perlahan, perhatikan bau, rasa, tekstur dan tampilan makanan. Identifikasi emosi (misalnya, ketakutan terhadap makanan yang terkait dengan pengalaman pencernaan yang tidak optimal sebelumnya). Lingkungan eksternal mencirikan emosi tentang makan dan mempengaruhi sistem saraf, contoh yang dapat dilakukan seperti ; Gunakan piring, gelas, dan alat makan yang menarik, gunakan piring dan mangkuk yang lebih kecil. Ini akan membantu merasa lebih puas dengan mengonsumsi makanan dalam jumlah lebih sedikit. Hindari perangkat elektronik pada saat makan.

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor dapat berkontribusi pada peningkatan kasus gerd. Gaya hidup modern yang cenderung kurang aktif, pola makan yang tidak sehat, dan meningkatnya tingkat stres di antara masyarakat dapat menjadi penyebab utama. Faktor risiko lainnya termasuk obesitas, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol.

Meningkatnya kasus gerd menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat tentang faktor risiko dan upaya pencegahan. Dengan perubahan gaya hidup yang tepat dan pengelolaan yang baik, banyak individu dapat mengelola gejala GERD dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Pendidikan kesehatan yang lebih luas dan akses terhadap perawatan medis akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh kondisi ini. (***)

  • Bagikan