Menghidupkan Bulan Ramadhan

  • Bagikan

Penulis: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID-"(Berhala-hal itu) benda mati, tidak hidup, dan berhala-hal itu tidak mengetahui kapan (penyembahnya) dibangkitkan" (Q. S. an-Nahl: 21).

Artikel ini sengaja diawali dengan satu dari ayat Kitab Allah untuk mengokohkan deskripsi tentang hidup dalam ulasan kali ini.

Hidup berbeda dengan mati. Ibarat pohon, daun yang hidup akan bergoyang ke sana kemari diterpa angin dengan lentur seiring dahan dan ranting. Berbeda daun yang gugur jatuh ke bumi berserakan dibawa angin, terbawa arus bahkan disisihkan manusia. Ketampakanya berupa warna keduanya pun berbeda. Maka hidup dilawankan mati, dari perlakuan terhadapnya, cara sampai eksistensinya.

Allah Maha Menghidupkan juga Maha Hidup dan Tidak Mati berkuasa sepenuhnya terhadap makhluk ciptaanNya. Kehendak Allah sebagaimana dikabarkan meliputi segala sesuatu. Pilihan iman serta atas segala ketetapan dalam berbagai bentuknya tanpa memilah-milah.

Sebagaimana oleh para pendusta, memohon pertolonganNya atas mereka adalah sebagai langkah terbaik untuk tidak hanya terhadap tanggung jawab diri sebagai bekal mengharap rahmat berupa kebaikan dari sisiNya.

Sebab Allah berhak untuk mematikan dan menghidupkan serta memberikan kepada siapa pertolonganNya sebab di sisi Allah saja kebaikan. Ada yang dilebihkan ("fadl") di hadapanNya, ada yang dilebihkan secara dunia, harta, keturunan dan pasangan-pasangan hidup menjadi bukti kehidupan seseorang dengan lingkungannya juga dengan dunia seluruhnya Dialah Yang Hidup melebihi semua makhluk hidup.

Pola berupa dinamika beraturan atau berbagai bentuk cara hidup adalah satu kesatuan dengan makhluk yang hidup dalam berbuat, berubah atau menjadi kehidupan. Tidak senantiasa mengikuti dinamika atau semata mengikuti keinginan diri, Ada Allah yang berkuasa dan kehendakNya mutlak adanya.

Mengingat waktu, saat di penghujung Sya'ban adalah tidak semata sibuk atau fokus semata kepentingan bertujuan dunia, amalan akhirat berupa amal ibadah dan ilmu terhadapnya penting untuk diperhatikan. Pertimbangan menyambut bulan suci Ramadhan dan memaksimalkannya atau dalam istilah Rasul dengan sebagaimana tersebut di atas; menghidupkannya dengan selain kemeriahan seremonial belaka.

Keutamaan bulan Ramadhan bagi umat Islam menjadi alasan yang rasional untuk menghidupkannya. Pengkhususan perintah Allah untuk berpuasa di bulan tersebut, berlipat-lipat ganda balasan atas amalan kebaikan, juga perlakuan berupa sejarah, momentum serta ribuan kebaikan seperti malam "al-Qadr" sebagaimana termaktub penjelasannya dalam Surat al-Qadr.

Sebagaimana hidup, terdapat makna dalam setiap hal. Sebagaimana didapat dari proses berpikir, hidup penuh makna adalah dengan amal salih secara satu kesatuan yang utuh. Menjadikannya sebagaimana ditetapkannya ("kutiba 'ala") serta mencari berbagai keutamaan di dalamnya untuk diraih sebagai bagian selanjutnya. Langkah berupa menetapi dan memaksimalkannya.

Mengingat itu semua, menyambut Ramadhan dalam suasana Sya'ban memohon untuk keberkahan di dalamnya serta mengharap agar dapat sampai (hidup) pada Bulan Ramadhan sebagaimana dalam lafaz dalam do'a "Allahumma bariklana fii Rajaba wa ballighnaa Ramadhan!" Artinya: "ya Allah berkahilah kami di Sya'ban dan sampaikanlah kami pada Ramadhan!" Sertakan dianugerahi kebaikan untuk menghidupkannya. "Aamiin!" (*)

  • Bagikan