NTP Sultra Naik Hingga 1,85 Persen

  • Bagikan
Seorang petani di Kabupaten Konawe Selatan sedang menanam padi sawah. (Muh. Abdu Asmaul Amrin/Kendari Pos)
Seorang petani di Kabupaten Konawe Selatan sedang menanam padi sawah. (Muh. Abdu Asmaul Amrin/Kendari Pos)

--Periode Maret 2024

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebutkan bahwa hasil pemantauan hargaharga perdesaan pada kabupaten-kabupaten di provinsi Sultra pada Maret 2024, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami kenaikan sebesar 1,85 persen dibandingkan NTP Februari 2024, yaitu dari 108,85 menjadi 110,86.

Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti mengatakan bahwa kenaikan NTP pada Maret 2024 disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian yang lebih tinggi dibandingkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga yang mengalami kenaikan lebih rendah. Kenaikan NTP Maret 2024 dipengaruhi oleh naiknya NTP di tiga subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,65 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 3,43 persen, dan subsektor peternakan sebesar 0,57 persen.

“Sedangkan subsektor lainnya mengalami penurunan yaitu subsektor hortikultura sebesar 2,00 persen, dan subsektor perikanan sebesar 1,45 persen,” ungkapnya.

Agnes menerangkan, bahwa pada bulan Maret Indeks Harga yang Diterima oleh Petani (It) naik sebesar 3,13 persen dibanding It Februari 2024, yaitu dari 128,32 menjadi 132,33. Kenaikan It pada Maret disebabkan oleh naiknya It di tiga subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 2,55 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 4,97 persen, dan subsektor peternakan sebesar 1,79 persen. Sedangkan subsektor lainnya mengalami penurunan nilai It yaitu subsektor hortikultura sebesar 0,40 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,48 persen.

“Sepuluh komoditas utama yang mengalami kenaikan terbesar indeks harga yang diterima petani bulan Maret 2024 adalah kakao/coklat biji, gabah, nilam, ayam ras pedaging, durian, kelapa, cabai merah, telur ayam ras, sapi potong, pisang. Sedangkan sepuluh komoditas utama yang mengalami penurunan terbesar indeks harga yang diterima petani adalah jagung, tomat, rambutan, cabai rawit, ikan kembung, ikan cakalang, biji jambu mete, ikan tembang, ikan belanak dan ikan kuwe,” terangnya.

Agnes juga menuturkan bahwa Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani (Ib) melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Maret 2024, indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 1,26 persen dibandingkan bulan Februari 2024 yaitu dari 117,89 menjadi 119,37. Kenaikan indeks ini disebabkan karena naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 1,58 persen dari 117,73 menjadi 119,59 dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,06 persen dari 118,32 menjadi 118,39.

“Sepuluh komoditas utama yang mengalami kenaikan terbesar indeks harga yang dibayar petani adalah beras, telur ayam ras, ikan cakalang, gula pasir, gula merah, rokok kretek filter, pisang, herbisida, ikan kembung, dan bibit sapi umur 2 bulan hingga 12 bulan. Sedangkan sepuluh komoditas utama yang mengalami penurunan terbesar indeks harga yang dibayar petani bulan Maret 2024 adalah tomat buah, tomat sayur, jagung pipilan, solar, bawang merah, tarif air non PDAM, ikan bandeng, herbisida, ikan asin teri, dan ikan selar,” jelasnya.

NTP Tanaman Pangan (NTPP) pada Maret 2024 terjadi kenaikan NTPP sebesar 1,65 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 2,55 persen, lebih tinggi dari Ib yang naik sebesar 0,88 persen. Kenaikan It pada Maret 2024 disebabkan oleh naiknya indeks pada kelompok penyusun NTPP yaitu pada kelompok padi sebesar 4,46 persen terutama pada komoditas gabah.

Kenaikan Ib disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,24 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,04 persen khususnya komoditas upah karung, ongkos angkut, sprayer, terpal, upah membajak, dan bibit jagung. “Kemudian NTP Tanaman Hortikultura (NTPH) pada Maret 2024 terjadi penurunan NTPH sebesar 2,00 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar 0,40 persen, lebih rendah dari nilai Ib yang naik sebesar 1,63 persen. Penurunan It pada Maret 2024 disebabkan oleh turunnya nilai indeks pada kelompok penyusun NTPH yaitu kelompok sayur-sayuran yang turun sebesar 2,45 persen (khususnya komoditas tomat, cabai rawit, bawang merah, pare/paria, seledri, dan gambas). Kenaikan Ib sebesar 0,20 persen yaitu dari 117,35 menjadi 119,27 disebabkan oleh naiknya indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,72 persen,” ucapnya.

Ia juga menuturkan, bahwa untuk NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) pada Maret 2024 terjadi kenaikan NTPR sebesar 3,43 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 4,97 persen, lebih tinggi dari Ib yang mengalami kenaikan sebesar 1,50 persen. Kenaikan It Maret 2024 disebabkan oleh naiknya indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditas kakao/ coklat biji, nilam, kelapa, cengkeh, kopi, kemiri, dan kelapa sawit.

Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,65 persen dan pada indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,18 persen khususnya pada komoditas herbisida, urea, pupuk NPK, TSP/SP36, pembasmi jamur, dan tarif servis motor.

“Sementara NTP Peternakan (NTPT) pada Maret 2024 terjadi kenaikan NTPT sebesar 0,57 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 1,79 persen, lebih tinggi dari nilai Ib yang mengalami kenaikan sebesar 1,21 persen. Kenaikan It Maret 2024 disebabkan oleh turunnya harga berbagai komoditas pada empat kelompok penyusun subsektor peternakan, yaitu kelompok ternak besar sebesar 0,75 persen, kelompok ternak kecil sebesar 0,19 persen, kelompok unggas sebesar 4,21 persen dan kelompok hasil ternak sebesar 5,47 persen. Komoditas yang memberikan andil terhadap kenaikan It pada subsektor peternakan adalah ayam ras pedaging, telur ayam ras, sapi potong, ayam kampung/buras, kerbau, telur itik/bebek, kambing, ayam ras petelur. Kenaikan pada nilai Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,75 persen serta indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,05 persen khususnya komoditas bibit sapi Umur 2 Bulan s/d = 12 Bulan, bakalan sapi umur >12 bulan, pakan jadi, dedak, bibit ayam ras pedaging, bibit ayam ras petelur,” tuturnya.

Pada Maret 2024 terjadi penurunan NTNP sebesar 1,45 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar 0,48 persen, sedangkan nilai Ib naik sebesar 0,98 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga berbagai komoditas pada kelompok perikanan tangkap sebesar 0,48 persen dan perikanan budidaya sebesar 0,48 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya nilai indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,83 persen. Selanjutnya Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada Maret 2024, NTN turun sebesar 1,31 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar 0,48 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan lebih tinggi sebesar 0,84 persen. Kenaikan It disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok penangkapan laut sebesar 0,49 persen khususnya komoditas ikan kembung, ikan cakalang, ikan tembang, ikan belanak, ikan kuwe, ikan kurisi, ikan selar, dan ikan ekor kuning. Kenaikan nilai Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,78 persen. (win/b)

  • Bagikan