Kemenkes Ingatkan Ancaman Bahaya DBD

  • Bagikan
DBD Ilustrasi

--Kasus dan Kematian Terus Meningkat

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Kementerian Kesehatan membeberkan bahwa kasus dengue atau demam berdarah mengalami perubahan dari segi karakteristiknya. Dulu, nyamuk demam berdarah banyak ditemukan saat musim hujan, tetapi sekarang apapun musimnya, nyamuk itu dapat ditemukan.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, kasus demam berdarah akibat nyamuk dengue ini juga mengalami peningkatan.
"Angka kejadiannya sekitar 25.000/100.000 penduduk di tahun 2012 menjadi 52.000/100.000 penduduk di tahun 2022,” katanya kepada wartawan, Minggu (10/9).

Tingginya kasus itu, kata Dante, mengakibatkan angka kematian akibat kasus ini juga turut meningkat. Tercatat yang asalnya di tahun 2018 case fatality rate sebesar 0,71%, meningkat jadi 0,86% di tahun 2022.

Mengantisipasi terjadinya kenaikan kasus yang lebih tinggi, ia mengaku bahwa pemerintah telah menggalakkan gerakan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J). G1R1J merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk mengendalikan penyakit vektor di lingkungan rumahnya sendiri.

“Melalui program ini, masyarakat diajak untuk meluangkan waktu 1 menit di jam 10 pagi selama 10 minggu berturut-turut. Jadi program ini pada prinsipnya dari masyarakat untuk masyarakat,” jelasnya.

Lebih jauh lagi, Dante mengatakan akan melakukan pencegahan dan pengendalian dengue melalui vaksin dengue yang telah terbukti efektif dan efisien dalam mencegah DBD.

Saat ini, terdapat dua jenis vaksin dengue yang sudah mendapat izin penggunaan dari Badan POM dan telah beredar di masyarakat. Dua vaksin tersebut yakni vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga.

"Upaya antisipatif lainnya yang juga digalakkan oleh pemerintah adalah memberantas dengue dengan memandulkan nyamuk aedes aegypti menggunakan nyamuk Wolbachia," ucapnya.

Dante menegaskan, upaya penanggulangan dengue harus dilakukan bersama-sama dengan melibatkan semua pihak sesuai dengan kekuatan di bidangnya masing-masing.

“Belajar dari kasus Covid-19, maka ini tidak mungkin jadi program eksklusif Kemenkes saja, melainkan menjadi program inklusif dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat," pungkasnya. (jpg)

  • Bagikan