Peran Perempuan Nelayan dalam Ekonomi yang Inklusif (Bagian 2-habis)

  • Bagikan
Jena, perempuan nelayan di Desa Mega Bahari, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton bersiap untuk meti-meti.

"Apa yang dilakukan Rare sangat membantu pemerintah utamanya dalam upaya memenuhi hak-hak nelayan tanpa memandang identitas gender,” kata La Bakry, mantan Bupati Buton.

Menurutnya, tujuan pembangunan berkelanjutan hanya bisa tercapai apabila semua stakeholder bisa membangun komitmen bersama. Perlindungan wilayah laut di Kabupaten Buton sudah lama dilakukan. Misalnya, di Desa Wabula dan sekitarnya, ada sebuah tradisi yang dikenal dengan sebutan "Ombo".

Tradisi ini merupakan upaya masyarakat adat setempat untuk menjaga perairan dan biota di Laut Ombo. Perlindungan laut yang dilakukan orang-orang Buton itu, kata La Bakry, sejalan dengan pihak Rare dalam menjalankan program PAAP karena mempertimbangkan perlindungan laut yang melibatkan seluruh masyarakat.

"Dulu waktu kecil, orang tua kita menangkap ikan besar-besar dan tidak perlu jauh. Sekarang sulit untuk mendapatkan ikan besar. Tentu banyak penyebabnya, seperti habitat ikannya yang terganggu. Penduduk kita juga semakin banyak, laut tidak bertambah luas. Makanya mesti kita kelola dengan cara yang benar supaya ikannya tetap cukup," pungkas La Bakry.

Sementara itu, Ketua Kelompok PAAP Lasinta Lape-Lape, Nasrudin mengatakan, saat ini telah terbentuk tujuh kelompok pengeloaan keuangan keluarga nelayan dalam bentuk Kelompok Simpan Pinjam (KSP) PAAP. Sebagian dari kelompok utama PAAP Lasinta Lape-Lape, KSP PAAP kini telah beranggotakan lebih dari 100 orang.

"KSP PAAP dan PAAP Lasinta Lape-Lape adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Di mana, pengelolaan kawasan PAAP melalui kelompok PAAP sedangkan KSP PAAP mengelola keuangan keluarga nelayan. Harapannya, semakin baik pengelolaan PAAP, maka semakin baik juga penghasilan nelayan kita," pungkas Nasrudin. (*)

Bukan Perempuan Biasa, Punya Mimpi Kembalikan Kejayaan Perikanan

  • Bagikan