Peran Perempuan Nelayan dalam Ekonomi yang Inklusif (Bagian 2-habis)

  • Bagikan
Jena, perempuan nelayan di Desa Mega Bahari, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton bersiap untuk meti-meti.


Bukan Perempuan Biasa, Punya Mimpi Kembalikan Kejayaan Perikanan

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Di Desa Mega Bahari, Kecamatan Lasalimu Selatan, perempuan bernama Jena menguatkan kedudukannya yang setara dengan pria dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Dia tampak seperti perempuan biasa. Yang hanya mendapatkan jatah pada ranah-ranah domestik. Seperti memastikan makanan untuk keluarga selalu tersaji di meja makan, menjamin stok pakaian bersih suami dan anak tak pernah kosong di rak-rak yang bertumpuk, dan tugas-tugas lainnya yang sengaja hanya dilekat-lekatkan pada sosok perempuan.

REPORTER : YULI, BUTON

Tapi Jena bukan perempuan biasa. Ia punya mimpi dan misi mengembalikan kejayaan perikanan di perairan Buton. Laut yang menyediakan berjuta kehidupan tak boleh lagi dirusak. Para perempuan nelayan mesti dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting. Sebab, perempuan adalah entitas yang tidak boleh dipisahkan dari masyarakat.

Jena (45) dan suaminya, Jufri (50) merupakan eksodus dari Ambon. Keduanya menetap di Desa Mega Bahari sejak tahun 1998. Tanah yang ditempati saat ini adalah peninggalan orang tua. Jena termasuk anggota paling awal yang tergabung dalam program PAAP (Pengelolaan Akses Area Perikanan).

Sifatnya yang vokal terhadap “kemunkaran” jadi alasan Rare Indonesia-sebuah NGO yang bergerak dibidang konservasi laut-mendapuknya menjadi Ketua Divisi Penjangkauan PAAP Lasinta Lape-Lape yang membawahi tujuh desa di Kecamatan Siotapina dan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton.

Divisi Penjangkauan ibarat campaigner (juru kampanye). Tugas utamanya menyosialisasikan PAAP kepada masyarakat. Jena sangat cocok untuk tugas ini. Apalagi dirinya adalah ketua majelis taklim. Sekali memengaruhi para ibu, maka dampaknya bisa berkali lipat.

Tugas mulia yang diemban ibu tiga anak itu bukannya tanpa tantangan. Isu kelautan tidak seseru bahasan tentang para penghuni kampung. Topik seputar peran penting perempuan dalam mewujudkan ekonomi yang inklusif kalah populer dibandingkan persoalan politik negeri ini.

Belum lagi distraksi-distraksi yang terjadi selama sosialisasi. Pembahasan soal A bisa melenceng hingga ke Z. Level kesabaran memang harus ditingkatkan selagi berurusan dengan para ibu. Perkara yang satu ini benar-benar menguras pikiran dan emosi. Namun, Jena tak patah arang.

Ia sadar betul, kurangnya rekognisi terhadap peran perempuan nelayan bisa berdampak buruk terhadap sektor perikanan maupun ekonomi. “Ya, gampang-gampang susah. Tapi pelan-pelan mereka bisa terima. Bahkan sekarang mereka kampanye di mana-mana,” tutur Jena.

Srikandi Penjaga Laut Lasalimu Selatan

Jena juga sempat mengalami penolakan dari beberapa anggota pria yang tak terima Jena mengisi posisi sebagai ketua divisi. Bias gender masih kerap terjadi, terutama di daerah-daerah pedesaan. Menyadarkan masyarakat untuk menjaga ekosistem laut juga jauh lebih sulit. Langkah Jena menjaga laut Siotapina dan Lasalimu Selatan tak pernah surut.

Praktik illegal fishing bagi beberapa orang seperti sudah mendarahdaging. Masih saja ada nelayan yang menangkap ikan dengan cara-cara tidak bertanggung jawab. Yang paling umum, mencari ikan dengan bahan peledak dan membius.

  • Bagikan