Politik Uang Merusak Demokrasi

  • Bagikan
Rektor Unsultra Prof. Dr. Andi Bahrun, M.Sc., Agric
Rektor Unsultra Prof. Dr. Andi Bahrun, M.Sc., Agric

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi atau Pemilihan Umum (Pemilu) tanggal 14 Pebruari mendatang. Dalam kontestasi politik ini, Rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), Prof. Dr. Andi Bahrun, M.Sc., Agric., mengajak semua elemen khususnya mahasiswa untuk menjauhi Money Politik (Politik Uang).

Rektor Unsultra, Prof. Dr. Andi Bahrun, M.Sc., Agric., mengatakan bahwa masyarakat perlu memahami money politik bukanlah sedekah melainkan dapat dikategorikan sebagai suap. Aturannya jelas bahwa money politik ini dilarang. “Oleh karena itu saya mengharapkan kepada semua elemen khususnya para calon legislatif, calon pemimpin dan mahasiswa jangan mencoba mencederai demokrasi ini dengan praktik praktik yang bisa mengurangi nilai demokrasi,” tukasnya.

Prof Andi Bahrun menyebut, bahwa sebagai warga negara patutnya memilih sesuai hati nurani berdasarkan kapasitas calon, gagasan, rekam jejak, pengalaman, visi dan misi serta programnya yang jelas dan rasional. “Politik uang dapat merusak demokrasi, oleh karena itu mari kita memilih calon legislatif dan pemimpin yang kita yakini memiliki kapasitas dan kemampuan untuk kemajuan daerah dan bangsa yang kita cintai,” ucap Prof Andi Bahrun.

Prof Andi Bahrun, mengimbau agar jangan karena rupiah, seperti yang diistilahkan serangan fajar, masyarakat memilih atau mencoblos calon tertentu. Sebagai umat beragama namanya sogok itu haram jadi mari dijauhi. Suap atau sogok adalah suatu pemberian dalam bentuk hadiah yang diberikan kepada orang lain dengan mengharapkan imbalan tertentu yang bernilai lebih besar. “Suatu perbuatan dapat digolongkan sebagai suap atau sogok apabila memenuhi beberapa unsur seperti adanya pemberian janji yang bertujuan untuk menarik simpati orang lain atau pemberian atau janji tersebut dengan tujuan untuk membatalkan yang benar, merealisasikan kebatilan, mencari keberpihakan yang tidak dibenarkan, mendapatkan sesuatu yang bukan menjadi haknya atau yang diperjuangkan,” beber Mantan Ketua Universitas Terbuka Kendari ini.

Dengan demikian, maka politik uang bisa dikiaskan dengan suap menyuap. Dalam Alquran dalam Surat al-Nisa disebutkan adanya ancaman bagi orang yang tetap memakan hasil suap-menyuap setelah mengetahui Allah melarang untuk memakannya, yaitu kelak akan dimasukkan ke dalam neraka, karena mereka dinilai telah berbuat zalim menentang larangan-Nya. “Politik uang yang bisa merusak mentalitas masyarakat sehingga menjadi masyarakat yang bermental peminta-minta dan bisa makin memberikan peluang besar praktek korupsi. Oleh karena itu selaku Rektor saya selalu mengingatkan kepada mahasiswa agar jangan menjadi bagian dari praktik money politik tetapi jadilah pahlawan dalam mewujudkan demokrasi tanpa money politic,” harapnya.

Sebagai mahasiswa perlu membantu penyelenggara Pemilu agar dapat mengambil bagian untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait money politik, sebagai bentuk kewajiban dan tanggung jawab moral untuk saling berpesan dalam hal kebaikan seperti menjauhkan masyarakat dari hal-hal yang tidak baik. “Mahasiswa harus mampu membantu mengawasi pelanggaran pemilu dan money politic, tetapi jika menemukan pelanggaran agar segera dilaporkan dan mengawalnya prosesnya sampai tuntas. Besar harapan saya kepada para pemilih khususnya mahasiswa jangan terlibat dengan money politik,” imbuhnya.

Ia menambahkan, bahwa godaan money politik sangat besar. Oleh karena itu ia menghimbau kepada semua masyarakat khususnya mahasiswa jangan mendekati namanya politik uang. “Saya juga menghimbau kepada para calon legislatif dan calon pemimpin agar tidak melakukan kegiatan atau perbuatan yang tergolong suap atau money politic untuk mendulang suara. Mudah-mudahan kita terhindar dari praktik-praktik yang dapat merugikan banyak pihak,” tutup prof Andi Bahrun. (win/b)

  • Bagikan