Dispar Sultra Gelar Rakor PengembanganPemasaran Pariwisata Daerah

  • Bagikan
Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenparekraf RI, Dwi Marhen Yono (5 dari kanan), Kepala Dinas Pariwisata Sultra, Belli Tombili (4 dari kanan), Kepala Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Dispar Sultra, Andi Syahrir (2 dari kiri), usai Rapat Koordinasi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Kabupaten/Kota se-Sultra, di Hotel Claro, Jumat (9/6), kemarin.

"Menjual" Pariwisata Sultra

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Tak dapat disangkal jika Sulawesi Tenggara (Sultra) punya "surga" pariwisata. Mulai wisata bahari, cagar alam, religi, hingga seni budaya. Potensi pariwisata Sultra membentang di seluruh 17 kabupaten/kota. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra terus mendorong tingkat visitasi wisatawan (domestik dan mancanegara). "Menjual" potensi melalui pengembangan pemasaran pariwisata ke dunia luar menjadi salah satu alternatif meningkatkan visitasi wisatawan.

Untuk itulah, Dinas Pariwisata (Dispar) Sultra menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Pengembangan Pemasaran Pariwisata Daerah di Hotel Claro Kendari, Jumat (9/6), kemarin. Kepala Dispar Sultra, Belli Tombili mengungkapkan, rakor pengembangan pemasaran pariwisata daerah penting dilakukan guna mendukung program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI). Sultra merupakan 1 dari 9 provinsi yang ditetapkan sebagai pelaksana Gernas tersebut.

“Tahun ini (2023) Sultra diberi target mendatangkan sebanyak 6,6 juta wisatawan. Mudah-mudahan melalui rakor ini dapat menyatukan persepsi dan tujuan bersama dari 17 pemerintah kabupaten dan kota di Sultra untuk menyukseskan program pemerintah itu,” ujar Belli usai membuka rakor, kemarin.

Belli Tombili optimistis, Sultra bisa mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah. Sebab, Sultra didukung dengan menggeliatnya usulan desa wisata. “Di Sultra lagi marak-maraknya desa wisata. Itu mulai tumbuh pasca lolosnya beberapa desa dalam ajang ADWI (Anugerah Desa Wisata) berturut-turut mulai tahun 2020, 2021, dan 2022,” ungkap Belli.

Mantan Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) itu, saat ini banyak pegiat desa termasuk kepala desa yang mendorong desanya menjadi desa wisata. Hingga Juni 2023, tercatat 269 desa dari 1.908 desa di Sultra sebagai jaringan desa wisata. Jumlahnya sekira 16 persen. "Nah melalui rakor ini, kita mencoba mendorong desa wisata itu sampai 30 persen atau sekitar 300 - 600 Desa Wisata,” jelas Belli Tombili.

Ia menambahkan, Dispar Sultra akan tetap melakukan gerakan penyadaran agar desa wisata di Sultra mampu melibatkan masyarakat dalam membangun wisatanya. Termasuk aktif dalam memasarkan potensi wisatanya lewat media sosial (medsos) untuk menarik perhatian wisatawan.

“Ada beberapa desa yang aktif mempromosikan desa wisatanya di media sosial. Ini sangat positif. Mudah-mudahan dapat dipertahankan dan kami siap membimbing dan mendampingi,” kata Belli Tombili.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Dwi Marhen Yono mengapresiasi rakor pengembangan pemasaran pariwisata Sultra. Sebab, rakor tersebut sangat penting dalam menggairahkan sektor wisata daerah. “Melalui rakor ini kita coba untuk menyamakan persepsi tentang apa target (pariwisata) kita, isu apa, kemudian strateginya bagaimana,” ujarnya.

Dwi Marhen mencontohkan, saat ini belum banyak daerah yang menyadari bahwa alam bukan menjadi satu-satunya daya tarik wisata. Namun berdasarkan hasil survei, bahwa orang berwisata untuk menikmati seni budaya lokal (28 persen), menghadiri event (24 persen), menikmati kuliner khas (22 persen), sementara menikmati indahnya alam sekira 18 persen.

“Ini (hasil survei) sudah kita sampaikan ke teman-teman di daerah agar tidak salah target, agar tidak salah menyiapkan destinasi,” ungkap Dwi Marhen.

Ia menambahkan, saat ini pemerintah juga tengah concern membangun kreativitas pemasaran pariwisata dengan memanfaatkan media sosial maupun kanal lainnya. Untuk itu, setiap daerah khususnya Dispar wajib memiliki tim kreatif.

“Dispar harus menyiapkan tim kreatif. Harus ada desain grafis, ada fotografer, dan lainnya yang nantinya setiap hari akan menyiapkan konten kreatifnya. Bagi daerah yang belum punya, kita paksa harus punya tim kreatif,” tegas pria asal Banyuwangi ini.

Di sisi lain, kata Dwi Marhen, pariwisata daerah harus memiliki dan menerapkan 5 pilar dalam mendukung perekonomian daerah. 5 pilar itu yakni Sumber Daya Manusia (SDM), memiliki industri seperti hotel, restoran, dan maskapai. Selanjutnya kelembagaan, pemasaran, dan dan terakhir punya destinasi.

“Ketika semuanya sudah siap baru kita 'jual', karena pariwisata adalah bisnis kebahagiaan, ketika mereka yang datang itu merasa bahagia, maka mereka akan mengeluarkan banyak uang. Kita sebagai pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif akan kebagian uang masuk, tentunya ini sangat baik bagi perekonomian kita,” pungkas Dwi Marhen. (ags/b)

  • Bagikan