Pendidikan Keluarga Sebagai Landasan Pedagogik Pendidikan Indonesia

  • Bagikan
SARDIN

Oleh : Sardin

Mahasiswa Program Studi S3 Pendidikan Matematika UPI

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Pendidikan bukan sepenuhnya tanggungjawab sekolah karena kesibukan orang tua bekerja dan lainlain. Pendidikan pertama dan utama diperoleh anak adalah di lingkungan keluarga. Kegiatan pendidikan di lingkungan keluarga dipandang sebagai pusat kegiatan bagi para orang tua dalam mendidik anak. orang tua memiliki tanggung jawab terbesar dalam pendidikan anak dan orang tua bagi anak adalah pahlawan pendidikannya. Pendidikan di lingkungan keluarga juga meminta orang tua untuk mendidik anak sejak usia dini.

Lingkungan Keluarga menjadi tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan tentang kesusilaan dan kesosialan, serta sebaik-baik tempat pendidikan yang lebih sempurna (Ki Hajar Dewantara). Di keluarga diberikan pengajaran pendidikan agama dengan menghafal kaidahkaidah dan dasar-dasarnya, dan juga mendorong anak untuk mempraktekan kaidah- kaidah yang dimilikinya. Sebagai implikasi pedagogik dalam pengembangan pendidikan di lingkungan keluarga menjadikan lingkungan keluarga sebagai Madrasah pertama.

Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak, mendidik anak sesuai kodrat alamiah dan tuntutan zaman, mendorong orang tua mengambil peran dan tugas pada kegiatan: Religi, menumbuhkan budi pekerti, memberikan rasa aman, mencegah dan menanggulangi kekerasan anak, memberikan pendidikan, dan seterusnya. Penanaman pendidikan agama bagi anak membuat kematangan perkembangan emosional untuk bekal mencari pendidikan di luar rumah. Pendidikan di luar, anak diperkenalkan dengan teoriteori kependidikan melalui orang-orang dewasa yang cukup memiliki informasi termasuk hal ini adalah orang tua. Pendidikan perlu dipelajari oleh seorang anak didik Menurut Sadullah (2015) dikarenakan ada 3 alasan. 1) Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan yang akan dicapai. 2) Untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktik, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. 3) Dapat dijadikan sebagai tolak ukur, sampai dimana seorang telah berhasil melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan kaidah pendidikan.

Orang tua dirumah dapat meluangkan waktu menyampaikan pandangan atau serangkaian pendapat yang berkaitan dengan pendidikan yang disajikan dalam sebuah konsep-konsep yang dikemas dalam kegiatan bermain. Pendidikan sebagai konsep mengandung arti bahwa seseorang yang memiliki hubungan khusus secara timbal balik dan memiliki informasi yang lengkap. Pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa juga merupakan sebuah konsep yang terpadu, menerangkan dan memprediksi tentang peristiwa-peristiwa Pendidikan yang akan datang. Pendidikan ada yang berperan sebagai asumsi pemikiran pendidikan dan ada yang beperan sebagai definisi yang menerangkan makna.

Anak perlu dibekali Teori Pendidikan sebagai seperangkat landasan atau dasar rasional yang sistematis yang berisikan aspek-aspek penting yang berhubungan dengan Pendidikan sebagai suatu konsep. Dalam perkembangannya dapat dijadikan sebagai landasan pedagogik untuk mengembangkan potensi diri bagi anak. Apakah Pendidikan erat kaitannya dengan kemampuan pendagogik seorang anak? Pedagogik berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu paidagogos, yang terdiri dari dua kata yaitu pais (anak) dan agogos (pemimpin). Secara harfiah, pedagogik dapat diartikan sebagai seni mengajar atau seni mendidik. Namun, pedagogi tidak hanya berkaitan dengan metode mengajar atau proses belajar-mengajar di dalam kelas. Pedagogi juga mencakup pemahaman tentang bagaimana individu belajar, bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi proses belajar, dan bagaimana pendidik dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif untuk anak didik.

Tokoh Yunani yang yang pertama kali menggunakan istilah ini adalah Socrates. Ia memulai pemikiran filsafatnya dengan menanyakan pertanyaanpertanyaan yang menantang dan memaksa orang untuk mempertanyakan keyakinan mereka sendiri. Socrates percaya bahwa rasa ingin tahu merupakan awal dari kebijaksanaan dan bahwa kebijaksanaan hanya dapat dicapai dengan terus belajar dan mempertanyakan segala sesuatu. Sebagai bagian dari emplementasi pedagogic dalam lingkungan Pendidikan anak, orang tua perlu mengetahui fungsi Pendidikan dilingkungan keluarga. Fungsi pendidikan keluarga terdiri atas 7. A) Fungsi Edukasi: keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak dimana tanggung jawab dipikul oleh orang tua.

Orang tua harus dapat menciptakan situasi pendidikan yang dihayati anak didik sebagai iklim pendidikan dan mengundangnya pada perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan dengan memberi contoh teladan disertai dengan fasilitas yang memadai. B) Fungsi Sosialisasi: Keluarga merupakan lingkungan pertama kali memperkenalkan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam Masayarakat. Lingkungan keluarga bertugas tidak hanya mengembangkan individu yang memiliki kepribadian yang utuh, namun juga mempersiapkan sebagai anggota masyarakat yang baik. Keluarga menjadi penghubung anak dengan kehidupan sosial, dengan pembiasan nilai-nilai dan norma-norma sosial. C) Fungsi Proteksi: Keluarga sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman damai, dan tentram bagi seluruh anggotanya sehingga terpenuhi kebahagian fisik maupun batin.

Keluarga harus melindungi anggotanya dengan Pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan, dan lain-lain. D) Fungsi Afeksi: Keluarga sebagai tempat menumbuh kembangkan rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain itu keluarga harus dapat menjalani tugasnya menjadi lembaga interkasi dalam ikatan batin yang kuat antar sesama anggota, sesuai dengan status peranan sosialnya masing-masing. E) Fungsi Religius: mendorong keluarga sebagai wahana insan-insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, bermoral, berakhlak dan berbudi pekerti luhur sesuai degan ajaran agama. F) Fungsi Ekonomi: mendorong keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik dan materi yang sekaligus mendidik keluarga untuk hidup efisien, ekonomis dan rasional. G) Fungsi Rekreasi: keluarga harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi semua anggota keluarga.

Dalam rangka mendukung fungsi-fungsi Pendidikan dilingkungan keluarga, sebagai orang tua dapat memahami teori-teori perkembagan kognitif anak. Teori perkembangan kognitif anak menurut Piaget dikenal sebagai teori konstruktivisme kognitif. Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan dari Swiss, mengamati dan mengkaji bagaimana anak-anak belajar dan kognitifnya berkembang dari masa kanak-kanak hingga remaja. Menurut Piaget, anakanak aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan fisik dan sosial mereka. Piaget mengidentifikasi empat tahap perkembangan kognitif anak: 1)Tahap sensorimotor (0-2 tahun): Pada tahap ini, anakanak memperoleh pengetahuan melalui panca indera mereka dan tindakan fisik.

Mereka mengembangkan pemahaman awal tentang objek permanen (yaitu kesadaran bahwa objek tetap ada meskipun tidak terlihat) dan memperoleh kemampuan dasar untuk memahami penyebab dan akibat. 2)Tahap praoperasional (2-7 tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol, seperti kata-kata dan gambar, untuk mewakili objek dan peristiwa di dunia mereka. Mereka cenderung berpikir secara egosentris (yaitu hanya mempertimbangkan sudut pandang mereka sendiri) dan kurang memahami perspektif orang lain. Mereka juga cenderung terjebak dalam pemikiran prakonseptual, seperti animisme (mengatribusikan karakteristik hidup pada objek non-hidup). 3)Tahap operasional konkret (7-11 tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai mampu berpikir secara logis dan melakukan operasi mental yang konkret pada objekobjek nyata. Mereka dapat memahami prinsip-prinsip konservasi (yaitu memahami bahwa jumlah atau sifat suatu benda tidak berubah meskipun tampilannya berubah). Mereka juga mulai mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang lebih rumit. 4)Tahap operasional formal (11 tahun ke atas):

Pada tahap ini, anak-anak dan remaja memiliki kemampuan berpikir abstrak dan hipotetisdeduktif. Mereka dapat memahami konsep-konsep yang kompleks, berpikir tentang kemungkinan alternatif, dan memecahkan masalah secara logis tanpa bergantung pada objek nyata. Selain teori Piaget, juga tedapat teori yang sangat terkenal dari Lev Vygotsky adalah teori perkembangan kognitif sosial. Teori ini menjelaskan bagaimana pengalaman sosial memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan kognitif seseorang. Menurut Vygotsky, kognisi atau proses berpikir individu tidak berkembang secara alami dalam isolasi, tetapi melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan budaya mereka. Dia berpendapat bahwa pengalaman sosial mempengaruhi perkembangan kognitif dalam tiga cara utama.

1) Zona Proksimal Pembangunan (ZPD): Vygotsky mengemukakan bahwa setiap individu memiliki ZPD, yaitu jarak antara kemampuan mereka saat ini dan kemampuan yang mereka dapat capai dengan bantuan orang lain.

2) Scaffolding: Vygotsky mengacu pada proses dukungan yang diberikan oleh orang dewasa atau sesama sebaya yang lebih terampil dalam membantu individu memperluas ZPD mereka. Dalam proses ini, individu lebih dahulu dibantu dan kemudian secara bertahap mengambil tanggung jawab lebih besar atas tugas tersebut.

3) Bahasa: Menurut Vygotsky, bahasa berfungsi sebagai alat yang penting dalam perkembangan kognitif. Bahasa membantu individu dalam berkomunikasi dengan orang lain, memperoleh pengetahuan baru, dan mengatur pikiran mereka. Dengan demikian, teori perkembangan kognitif sosial Vygotsky menekankan pentingnya pengalaman sosial dan budaya dalam membentuk perkembangan kognitif seseorang, dan menyatakan bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi dan komunikasi dengan orang lain dalam lingkungan sosial. Apakah terdapat manfaat Pendidikan dilingkungan keluarga sebagai landasan Pendidikan di Indonesia? Hal ini tentunya sangat bermanfaat, apalagi dengan banyaknya fenomena-fenomena anak yang dapat bertindak dewasa yang belum seharusnya mereka lakukan. Sepertinya banyak kasus yang sudah sering kita dengar melalui berita-berita, adanya anak yang melakukan pemukulan, mengikuti geng motor menyerang warga, melakukan tindak asusila, pamer harta, tawuran, dan lainlain. Hal ini dibutuhkan suatu proteksi dilingkungan keluarga terlebih dahulu. Olehnya itu Pendidikan di lingkungan keluarga memiliki manfaat penting sebagai landasan pendidikan di Indonesia seperti:

1) Pembentukan nilai dan moral: Lingkungan keluarga menjadi tempat pertama di mana anak-anak belajar tentang nilai-nilai dan normanorma yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Melalui interaksi dengan anggota keluarga, anak-anak dapat memahami pentingnya integritas, toleransi, saling menghormati, kerja sama, dan tanggung jawab.

2) Pengembangan keterampilan sosial: Keluarga adalah tempat di mana anakanak belajar berinteraksi dengan orang lain, memahami dinamika hubungan, dan mengembangkan keterampilan sosial seperti komunikasi, empati, dan negosiasi. Keterampilan sosial ini penting dalam membantu anak-anak beradaptasi dan berinteraksi dengan baik dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.

3) Pembelajaran bahasa dan literasi: Di lingkungan keluarga, anak-anak pertama kali terpapar dengan bahasa dan belajar berkomunikasi. Keluarga berperan penting dalam membantu anak-anak memperoleh keterampilan membaca, menulis, dan berbicara dengan lancar. Dalam lingkungan keluarga yang membaca dan mendorong minat literasi, anak-anak cenderung mengembangkan kecintaan terhadap membaca dan pengetahuan.

4) Pendorong pengembangan kognitif: Lingkungan keluarga yang mendukung memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan kognisi mereka. Anak-anak dapat diajak berdiskusi, diberikan rangsangan intelektual, dan didorong untuk mengajukan pertanyaan. Dalam interaksi sehari-hari dengan orang tua atau anggota keluarga lainnya, anak-anak dapat memperoleh pengetahuan baru, berpikir kritis, dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.

5) Pemupukan nilai pendidikan: Keluarga dapat menjadi model peran yang kuat dalam menginspirasi dan mendorong anak-anak untuk menghargai pendidikan. Dengan memberikan perhatian dan dukungan yang konsisten terhadap pendidikan anak-anak, keluarga dapat membantu menciptakan budaya belajar yang positif dan memotivasi mereka untuk meraih prestasi akademik yang baik.

6) Pembentukan identitas dan rasa harga diri: Lingkungan keluarga yang mendukung memberikan anak-anak rasa aman, kepercayaan diri, dan stabilitas emosional yang diperlukan untuk mengembangkan identitas mereka. Dalam keluarga yang memberikan penghargaan, penerimaan, dan dukungan yang positif, anak-anak merasa dihargai dan percaya diri untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan fondasi yang kuat bagi perkembangan anak-anak dan memberikan landasan penting bagi pendidikan di Indonesia. Penting bagi orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk menyadari peran mereka dalam membentuk pengalaman pendidikan yang positif dan memberikan dukungan bagi berkembangnya Pendidikan anak untuk menunjang masa depannya. (***)

  • Bagikan