Selamatkan Naskah Kuno Melalui Digitalisasi

  • Bagikan
Upaya pelestarian naskah-naskah kuno melalui teknologi laminating dan digitalisasi yang dilakukan Pemkot Baubau dengan menggandeng tenaga ahli pelestarian naskah dari Perpustakaan Nasional.

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Kota Baubau merupakan wilayah eks Kesultanan Buton di masa lalu. Olehnya itu, kota kecil dan padat tersebut memiliki peradaban budaya yang cukup kental dalam berbagai bentuk. Ada dalam wujud benteng, alat perang hingga naskah-naskah kuno yang masih tersimpan rapi oleh pemerintah dan masyarakat. Pemkot Baubau berkomitmen untuk selalu menjaga, melestarikan budaya dan benda peninggalan sejarah termasuk buku serta naskah-naskah kuno yang masih ada. Salah satu caranya dengan menjaganya tetap utuh melalui proses laminating dan digitalisasi.

Menurut Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse, mengingat pentingnya naskah kuno sebagai manuskrip yang mengantar masa kini untuk memasuki rentetan peristiwa jaman dahulu, salah satunya pelestarian naskah-naskah kuno melalui teknologi laminating dan digitalisasi. Untuk lebih memudahkan itu, Pemkot menggandeng tenaga ahli pelestarian naskah dari Perpustakaan Nasional yang bertujuan untuk melakukan penyelamatan naskah-naskah kuno, baik yang telah menjadi milik Pemkot tersimpan pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Baubau maupun yang ada di masyarakat. "Naskah dilaminating, kemudian discan juga. Tujuannya untuk mendigitalkan naskah-naskah kuno, sehingga Pemkot Baubau memiliki arsip naskah digital. Jadi potensi hilangnya itu kecil, karena ada dalam bentuk fisik dan juga digital," katanya, kemarin.

Kepada masyarakat yang memiliki atau masih menguasai naskah kuno, Monianse mengajak untuk bekerja sama menyelamatkan skrip sejarah itu dengan menyerahkannya ke pemerintah. "Ini supaya sejarah dan manuskrip Kota Baubau tetap terjaga dan lestari. Sehingga rentetan sejarah yang tercatat dapat diketahui dan dipelajari oleh generasi penerus, termasuk untuk keperluan studi ilmiah," lanjutnya.

Untuk diketahui, Kota Baubau dikenal sebagai eks pusat pemerintahan dan peradaban kerajaan. Kesultanan Buton yang melewati fase panjang, sejak berubah dari bentuk kerajaan menjadi kesultanan pada akhir abad-13 rentang waktu tahun 1491 yang ditandai dengan dilantiknya Raja Buton ke-6 La Kilaponto menjadi Sultan Buton ke-1 Sultan Murhum. Peradaban baru perjalanan Kesultanan Buton yang berakhir pada 1960 tentu menyimpan berjuta warisan dan budaya, baik yang berhasil dibukukan dalam bentuk naskah kuno maupun tutur rakyat sebagai karya sastra daerah. (c/mel/lyn)

  • Bagikan