Perbankan Beri Lampu “Hijau” untuk Suntik Modal Pengembangan Bisnis Kakao di Kolaka Utara

  • Bagikan

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID-Langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kolaka Utara (Kolut) mendorong kemandirian korporasi kakao kian menjadi kenyataan. Dua perbankan besar di Sulawesi Tenggara (Sultra), telah menunjukkan ketertarikan menyuntikkan modal. Saat ini, pemerintah bersama perbankan tinggal merampungkan model skema pembiayaannya saja. Ditargetkan suntikan dana segar mulai dicairkan tahun 2023.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kolut, Ismail Mustafa mengatakan, pengembangan kakao di Kolut tidak hanya sebatas daerah penghasil. Secara bertahap, orientasinya harus beralih ke pengolahan. Apalagi status Kolut sebagai mayor project pengembangan kakao di Indonesia. Makanya, pihaknya berinisiatif mengajak perbankan bekerja sama mensupport korporasi kakao. Sebagai langkah awal, pihaknya telah mempresentasikan bisnis plan ke Bank Sultra dan Bank Mandiri wilayah Kendari.

"Alhamdulillah, presentasinya mendapat respon positif pihak perbankan. Prosesnya, tinggal menyisakan skema pembiayaan. Ada dua opsi yang tengah bahas. Apakah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau pinjaman konvensional. Skema apapun tak masalah. Dana yang dikucurkan akan sangat membantu memperkuat modal koorporasi dan pengembangan bisnis kakao. Selama ini, keterbatasan modal selalu menjadi kendala," kata mantan Kabag Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kolut saat ditemui Kendari Pos, Senin (26/12/2022).

Ismail Mustafa

Secara kelembagaan, koorporasi kakao telah terbentuk dan memiliki badan hukum. Di bawah bendera PT Kakao Kolut Madani, pihaknya mendorong kemandirian dan profesional koorporasi. Hanya saja, kendalanya masih terbentur modal usaha. Dalam menjalankan bisnis, buyer biasanya menanyakan stok. Sementara koorporasi tidak memiliki dana untuk menstok ketersediaan kakao. Kondisi inilah yang kerap menyebabkan buyer beralih.

"Dana koorporasi petani terbatas. Tidak bisa membeli banyak dari petani baru dijual. Sebab modal harus segera berputar. Makanya, koorporasi kakao harus disuntik modal. Sebagai suntikan awal, dibutuhkan sekitar Rp 3-5 miliar. Namun jika prosesnya sudah berjalan dibutuhkan dana sebesar Rp 30-50 miliar. Dengan support dana ini, modal koorporasi semakin kuat dan bisnisnya semakin berkembang," jelas Ismail Mustafa.

Pertemuan ini sambungnya, akan terus berlanjut. Jika berjalan sesuai rencana, suntikan modal akan dikucurkan awal tahun 2023. Pada dasarnya, pemerintah ingin meningkatkan kesejahteraan petani. Sebab koorporasi kakao adalah milik petani. Yang mana, koorporasi terbentuk dari tiga kooperasi. Posisi pemerintah hanya menyiapkan badan hukum, infrastruktur, kelembagaan, memfasilitasi, koordinasi hingga pengawasan. "Kami telah menjabarkan rencana bisnis koorporasi. Perbankan yang akan menilai dan diharapkan bisa ikut berperan serta dalam permodalan. Di sisi lain, kami Kakao Center sebagai pengembangan kakao terintegrasi," pungkasnya. (mal/KP)

  • Bagikan