Melangkah Bersama Kendari Pos

  • Bagikan
Direktur Kendari Pos, Irwan Zainuddin (tengah) dalam Podcast Kendari Pos Channel bersama karyawan Kendari Pos yang telah berkarya selama belasan dan puluhan tahun. Tampak Biro Direksi Kendari Pos, H.Sawaluddin Lakawa (2 dari kanan), Hj.Emilia Ningsih (kiri), Manajer Sirkulasi Kendari Pos, Resmin (2 dari kiri) dan staf divisi Keuangan Kendari Pos, La Ode Samane (kanan). (MUH. ABDI ASMAUL AMRIN/KENDARI POS)
Direktur Kendari Pos, Irwan Zainuddin (tengah) dalam Podcast Kendari Pos Channel bersama karyawan Kendari Pos yang telah berkarya selama belasan dan puluhan tahun. Tampak Biro Direksi Kendari Pos, H.Sawaluddin Lakawa (2 dari kanan), Hj.Emilia Ningsih (kiri), Manajer Sirkulasi Kendari Pos, Resmin (2 dari kiri) dan staf divisi Keuangan Kendari Pos, La Ode Samane (kanan). (MUH. ABDI ASMAUL AMRIN/KENDARI POS)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Eksistensi koran Harian Kendari Pos yang terus berkarya hingga 28 tahun tak lepas dari dedikasi, etos kerja dan loyalitas karyawan yang melangkah bersama Kendari Pos dalam berbagai palagan tantangan. Dedikasi, etos kerja dan loyalitas karyawan itu terungkap dalam podcast 4 karyawan yang dipandu Direktur Kendari Pos, Irwan Zainuddin. 4 karyawan Kendari Pos yang telah menjalani masa kerja belasan hingga puluhan tahun diantaranya H.Sawaluddin Lakawa, Dr.Hj.Emilia Ningsih, La Ode Samane dan Resmin bercerita suka duka bekerja di PT.Media Kita Sejahtera, penerbit koran Kendari Pos.

H.Sawaluddin Lakawa saat ini menjabat Biro Direksi Kendari Pos. Wartawan senior Kendari Pos itu meretas jalan karir sebagai reporter di Kota Kendari pada Desember 1995. Lalu, menjadi koresponden di Kabupaten Konawe. Dalam perjalanan karirnya, H. Sawaluddin "naik kelas" menjadi redaktur/editor. Beberapa tahun kemudian, naik pangkat menjadi redaktur pelaksana hingga menjadi wakil pimpinan redaktur Kendari Pos.

"Banyak hal yang membuat saya tertarik menjadi wartawan. Yang paling menarik adalah mewawancara berbagai tokoh, termasuk tokoh atau pejabat publik. Dalam konteks itu, kita didoktrin bahwa posisi kita dengan narasumber adalah setara supaya ada kepercayaan diri mewawancara pejabat," kisah Sawaluddin Lakawa.

Pria yang karib disapa H.Sawal itu mengatakan seorang wartawan itu harus memiliki pengetahuan yang lebih luas dan mengetahui permasalahan sehingga dinilai memahami materi pokok wawancara. "Ketika itu masih bernama Media Kita, pemberitaan kita kritis, akhirnya diplesetkan Media Kamu," tuturnya.

Wartawan senior lainnya, Dr.Hj.Emilia Ningsih. Meniti karier sebagai reporter pendidikan sejak Mei 2005. 2 tahun wira wiri meliput di lapangan, Emilia naik kelas menjadi redaktur. Emilia yang telah menyandang gelar doktor dari Universitas Halu Oleo saat ini menjabat Redaktur Rubrik Pendidikan dan Ekonomi. "Saya bergabung di Kendari Pos karena 'by accident'.

Saya tidak bercitacita jadi wartawan. Tahun 2004, saya masih studi di luar daerah dan teman saya menunjukkan pengumuman penerimaan wartawan Kendari Pos. Katanya, masih grup Jawa Pos. Akhirnya, saya bersedia. Dan masih di Kendari Pos sampai saat ini," ujar Emilia.

Kembali dari studi di luar daerah, Emilia mengikuti proses wawancara kerja. "Saya diwawancara oleh Pak H.Sawaluddin Lakawa, ketika itu beliau menjabat Redaktur Pelaksana (Redpel). Dan sampai saat ini, saya masih bersama Kendari Pos. Banyak hal yang saya rasakan tidak ada pada profesi lain," tuturnya.

Lain halnya kisah Resmin, yang kini menjadi Manajer Sirkulasi Kendari Pos. Ia merintis karier dari loper koran di pelabuhan penyeberangan Kendari- Raha-Baubau selama 10 tahun. Resmin kemudian "hijrah" dan bergabung menjadi karyawan Kendari Pos. Kini dipundaknya tersemat tugas menjamin kelancaran koran sampai di tangan pembaca/pelanggan.

"Tahun 1994 saya lulus masuk di Universitas Halu Oleo. Saat itu, saya berpikir, peluang besar untuk mendapatkan informasi dunia luar adalah melalui koran. Saya jualan koran dan majalah di pelabuhan sambil kuliah. Tahun 1995, lahir koran Kendari Pos, harga jualnya ketika itu Rp500 per eksemplar," tutur Resmin.

Sedangkan La Ode Samane, bergabung di gerbong Kendari Pos saat masih bernama Media Kita. Saat itu, dia ditempatkan di divisi keamanan/ sekuriti. Ia bertugas selama 4,5 tahun. Setelah itu ia pindah di divisi sirkulasi, lalu ke percetakan koran.

Puluhan tahun kemudian, karier Samane menanjak. Kini menjadi staf di Divisi Keuangan Kendari Pos. Hingga kini, Samane masih produktif bekerja. Ia paham betul bagaimana Kendari Pos jatuh bangun dan tetap terbaik hingga saat ini. "Yang pasti, selama bersama Kendari Pos, banyak nilai plus yang saya rasakan manfaatnya," ujar Samane.(ags/rah/b)

  • Bagikan