Mumtihana Muchlis, Bidan dari Pelosok di Pentas Internasional

  • Bagikan
Mumtihana Muchlis, A.Md.Keb disela-sela kongres Konfederasi Bidan Internasional (International of Confederation Midwives/ICM) di Bali, 10-15 Juni 2023.


Menyisihkan Ribuan Peserta untuk Presentasi Poster

Rona bahagia masih terpancar dari wajah bidan Mumtihana Muchlis, A.Md.Keb. Hangat ia menyambut Kendari Pos di tempatnya berdinas, Puskesmas Iwoimendaa. Wanita berhijab itu baru aktif berkantor setelah mengikuti kongres Konfederasi Bidan Internasional (International of Confederation Midwives/ICM) di Bali, 10-15 Juni 2023.

REPORTER : ZULFADLI NUR, KOLAKA

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Puskesmas Iwoimendaa secara geografis dan administratif masuk di wilayah Kecamatan Iwoimendaa. Sebuah kecamatan yang terletak di ujung bagian utara Kabupaten Kolaka. Untuk menjangkau puskesmas tersebut, dibutuhkan waktu sekira 2 jam menggunakan kendaraan bermotor dari ibu kota kabupaten.

Di wilayah pelosok Kabupaten Kolaka itu, rupanya terpendam sosok seperti "mutiara". Jauh dari jangkauan akses informasi teknologi memadai namun berhasil menembus seleksi ketat untuk menjadi delegasi Indonesia dalam pentas internasional.

Mumtihana Muchlis, A.Md.Keb, seorang bidan yang bertugas di Puskesmas Iwoimendaa berhasil menyesap vibes pentas internasional. Mungkin sebuah kesempatan yang tidak semua orang mendapatkannya. Namun berbekal tekad yang kuat, dan misi memajukan dunia kebidanan, Mumtihana Muchlis mampu melewati tantangan lalu dapat merasakan experience forum internasional.

Wanita yang karib disapa Bidan Hana itu menuturkan, kongres yang diikutinya
diinisiasi oleh Konfederasi Bidan Internasional International of Confederation Midwives (ICM). ICM berkedudukan di Belanda.

Untuk mengikuti kongres itu, tidaklah semudah dibayangkan. "Selain karena pesertanya dibatasi, peserta juga harus melalui seleksi ketat," ujar Bidan Hana saat berbincang dengan Kendari Pos, Senin (19/6).

Lantas, seperti apa perjuangan Bidan Hana untuk mengikuti kongres internasional tersebut dan apa motivasinya? Bidan Hana mengatakan, biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti kongres internasional itu "sedikit" mahal. Bidan yang ingin hadir dalam kegiatan tersebut harus merogoh kocek lebih dalam.

"Proses mengikuti kongres yang pertama adalah registrasi. Biayanya lumayan mahal yaitu $915 (sekira 13.681.080, kurs 1 dolar Rp14.952). Biaya itu di luar biaya akomodasi seperti transportasi, hotel dan makan. Kalau ditotal bisa puluhan juta rupiah. Tapi Alhamdulillah, karena saya dapat bursary (beasiswa) maka semuanya gratis karena ditanggung panitia," kata Bidan Hana.

Wanita kelahiran 1987 silam itu mengaku, dirinya mendapatkan beasiswa itu juga tak segampang membalikkan telapak tangan. Ia harus bersaing dengan ratusan peserta lainnya.

"Alhamdulillah saya dinyatakan lolos dan menjadi satu dari 30 penerima beasiswa tersebut hingga berhak mendapatkan kesempatan emas untuk mengikuti kegiatan ICM Congress secara gratis dengan seluruh biaya akomodasi ditanggung oleh panitia," jelas Bidan Hana.

Bidan yang menjadi abdi negara di Pemkab Kolaka sejak tahun 2022 tersebut tak mau hanya sekadar hadir dan memeriahkan kegiatan. Dalam kongres internasional itu, Bidan Hana juga ingin menyampaikan gagasan untuk memajukan dunia kebidanan. Tetapi, lagi-lagi bukan perkara mudah menyampaikan gagasan melalui karya ilmiah itu. Sebab ada ribuan peserta yang hadir dan juga ingin mempresentasikan gagasannya.

"Bagi yang mau presentasi oral atau poster dapat mengirimkan abstrak artikelnya untuk diseleksi. Alhamdulillah, poster saya diterima dan saya presentasi poster," tuturnya bangga.

Bidan Hana menjelaskan, kongres ICM merupakan perhelatan bidan internasional terbesar yang diadakan setiap 3 tahun. Kegiatan itu bertujuan untuk mengembangkan kapasitas dan profesionalisme bidan dan sebagai wadah berkumpulnya bidan dari seluruh dunia guna membangun relasi serta menumbuhkan ide untuk kemajuan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Kongres tersebut dirancang dalam beragam sesi kolaboratif, inovatif dan interaktif yang disampaikan praktisi-praktisi andal kesehatan global sesuai bidangnya. "Peserta kongres itu dihadiri lebih 2.500 bidan dari 130 negara. Ada bidan dari Amerika, Inggris, Australia, Jepang, dan Uganda," sebut Bidan Hana.

Bidan Hana menjelaskan, bidan setiap provinsi di Indonesia juga turut hadir. Mereka perwakilan dari organisasi profesi, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) provinsi. "Sedangkan dari Sulawesi Tenggara (Sultra) itu ada 3 orang perwakilan. 2 orang perwakilan dari IBI Sultra dan 1 melalui jalur beasiswa. Alhamdulillah, saya mengikuti kongres tersebut melalui jalur beasiswa," imbuhnya.

Banyaknya persyaratan dan tantangan yang harus dilewati untuk mengikuti kongres tersebut tak menyurutkan semangat Bidan Hana. Anak dari pasangan Muchlis Saleh dan Syamsulkhurriyah memiliki motivasi yang besar dibalik keinginannya mengikuti kongres internasional tersebut.

"Motivasi saya mengikuti kongres internasional tersebut adalah ingin belajar, menambah wawasan, mengupdate ilmu dan keterampilan dari para pakar-pakar kesehatan global," ungkapnya.

Bidan Hana mengatakan, melalui kongres internasional tersebut, dirinya juga bisa membangun relasi untuk pengembangan diri dan institusi tempat ia bekerja, yaitu Puskesmas Iwoimendaa.

"Sebagai bentuk kontribusi, saat ini saya aktif membagikan pengalaman, ilmu, keterampilan dan wawasan yang telah saya dapat melalui media sosial (@hana_muchlis). Saya juga mempersilahkan siapapun untuk bertanya dan berdiskusi terkait hal tersebut," jelasnya.

Alumni STIKES Aisyiyah Yogyakarta itu berharap, bidan Indonesia khususnya bidan di Sultra juga dapat merasakan atmosfer dan semangat positif dari kongres internasional. Sehingga, bisa mendapat wawasan dan pengetahuan yang terupdate, serta termotivasi untuk terus belajar dan berkarya demi kemajuan bidan, pelayanan kesehatan ibu, anak dan perempuan.

"Saya berharap agar lebih banyak lagi bidan Indonesia yang mempunyai kesempatan untuk mengikuti kongres berikutnya. Kongres selanjutnya tahun 2026 akan digelar di Lisbon, Portugal," tutup Bidan Hana. (fad/b)

  • Bagikan