Kiprah 78 Tahun TNI AU

  • Bagikan
Kolonel Pnb Lilik Eko Susanto S.E.,M.M, Komandan Pangkalan TNI AU Haluoleo (Danlanud HLO)
Kolonel Pnb Lilik Eko Susanto S.E.,M.M, Komandan Pangkalan TNI AU Haluoleo (Danlanud HLO)

--Dari Bumi Anoa Sebagai Salah Satu Pengawal Dirgantara

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - April merupakan bulan bersejarah. Khususnya bagi insan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Tepat pada 9 April 1946, TNI Angkatan Udara lahir. Proses pembentukannya, diawali dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 22 Agustus 1945. Guna memperkuat armada udara, yang saat itu kekurangan pesawat terbang dan fasilitas lainnya. Kemudian, pada 5 Oktober 1945, berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah pimpinan Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.

Selanjutnya, pada 23 Januari 1946,TKR ditingkatkan lagi menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI), sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Pada 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), yang kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU.

Sejalan dengan Kemerdekaan Indonesia dan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, maka di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra), khususnya di wilayah Kendari Lapangan Udara Kendari II menjadi milik Indonesia yang saat itu berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) dan dikuasai oleh Angkatan Udara Republik Indonesia Serikat (AURIS). Hal tersebut diperkuat dengan dibuatnya Surat Keputusan Staf Angkatan Perang (KSAP) Nomor : 023/P/KSAP/50 tanggal 25 Mei 1950 yang menjadi dasar penguasaan Lapangan Udara Kendari II menjadi aset milik AURIS.

Peristiwa bersejarah awal mula penguasaan AURIS atas Lapangan Udara Kendari II adalah mendaratnya pesawat AURIS B-25 Mitchell yang di piloti Letnan Udara I PGO Noordraven, pada awal Juli 1950. Mendaratnya Letnan Udara I PGO Noordraven di Lapangan Udara Kendari II tersebut, sekaligus bertugas dan menjabat sebagai Komandan Detasemen Angkatan Udara Kendari II yang pertama. Pendaratan tersebut salah satu rangkaian dari pengecekan kesiapan sebagai Pangkalan Aju dalam operasi menumpas Republik Maluku Selatan (RMS).

Komandan Pangkalan TNI AU Haluoleo (Danlanud HLO), Kolonel Pnb Lilik Eko Susanto S.E.,M.M mengatakan sejarah tersebut menjadi cikal bakal sejarah terbentuknya Pangkalan TNI AU Haluoleo yang sebelumnya bernama Pangkalan TNI AU Wolter Monginsidi.

Genap di usia 78 tahun, TNI AU telah banyak pencapaiannya. Khususnya, Lanud Haluoleo ikut berperan dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP), antara lain dalam penumpasan DI/TII, penumpasan Permesta, penumpasan RMS, Operasi Trikora, Operasi Dharma Palu yaitu operasi bantuan kemanusiaan dalam penanganan korban bencana gempa di wilayah Palu, Sulawesi Tengah.

“Selain itu, TNI AU bekerja sama dengan TNI matra lainnya, Polri, pemerintah daerah maupun instansi yang lain dalam upaya mewujudkan keamanan dan ketertiban serta aktif dalam kegiatan kemanusiaan di wilayah Sultra,” ujar Danlanud Haluoleo, Kolonel Pnb Lilik Eko Susanto, Minggu (21/4/2024).

Di era modern sekarang ini, TNI AU memiliki tanggung jawab semakin besar, dalam menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berupa negara kepulauan. “Sehingga diperlukan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang modern yang dapat melindungi seluruh wilayah NKRI, baik ancaman dari luar maupun dari dalam negeri,” tutur Danlanud Haluoleo, Kolonel Pnb Lilik Eko Susanto.

TNI AU selalu berupaya dalam modernisasi dan pengembangan alutsita di seluruh wilayah Indonesia. Untuk wilayah tengah Indonesia, terutama dengan rencana pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke daerah Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur yang berseberangan dengan wilayah Pulau Sulawesi.

“TNI AU memproyeksikan pengembangan Lanud Haluoleo dalam pembangunan Skadron Udara sebagai homebase pesawat tempur, guna mendukung pengamanan Ibukota Negara (IKN) dari serangan maupun gangguan dari wilayah timur dan selatan,” ungkap Danlanud Haluoleo, Kolonel Pnb Lilik Eko Susanto.

Selain itu, pembangunan Satuan Radar di wilayah Kabupaten Bombana untuk pengawasan dan pemantauan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II dan ALKI III. ALKI adalah alur terbuka yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk dilalui kapal atau pesawat asing yang melintasi wilayah laut Indonesia, berdasarkan konvensi hukum laut internasional.

ALKI ditetapkan untuk menghubungkan dua perairan bebas, yaitu Samudra Pasifik di utara, dan Samudra Hindia di selatan Indonesia. Semua kapal dan pesawat udara asing yang hendak melintas ke utara atau ke selatan harus melalui alur laut yang telah ditetapkan, dan tidak boleh menyimpang, selama tidak ada bahaya navigasi pada alur yang sedang dilewati.

Penetapan alur laut ini dimaksudkan, agar pelayaran dan penerbangan internasional dapat berjalan terus menerus dan berlangsung dengan cepat tanpa hambatan jika sudah memenuhi pedoman berlaku. ALKI merupakan suatu pedoman, supaya tidak terjadi pelanggaran saat kapal-kapal asing sedang berlayar melintasi wilayah perairan Indonesia.

“Dengan adanya rencana strategis TNI AU, penempatan pesawat tempur di Lanud Haluoleo dan radar militer di Kabupaten Bombana, diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam pengamanan. Khususnya wilayah Sultra dan Indonesia pada umumnya yang dihadapkan dengan situasi global. Seperti, adanya perang Ukraina dengan Rusia maupun ketegangan antara Iran dan Israel,” jelas Danlanud Haluoleo, Kolonel Pnb Lilik Eko Susanto.

Dengan banyaknya tantangan tersebut, pekerjaan rumah bagi TNI AU, khususnya Lanud Haluoleo dalam penyiapan pergelaran alutsista tersebut. Terkhusus pada penyiapan lahan untuk pembangunan hanggar, perluasan appron, Satuan Radar di wilayah Padang Pajonggang, Kecamatan Poleang Selatan, Kabupaten Bombana dibutuhkan dukungan dari instansi pemerintah baik tingkat Forkopimda Kabupaten Bombana maupun Forkopimda Provinsi Sultra, Kantor Pertanahan ATR/BPN Bombana, masyarakat adat maupun pihak masyarakat lain di sekitar wilayah Kecamatan Poleang Selatan agar pembangunan Satuan Radar segera terwujud.

“Terwujudnya pergelaran Skadron Udara dan Satuan Radar di wilayah Lanud Haluoleo dapat menambah kekuatan udara khususnya di wilayah Indonesia tengah, sehingga mampu dalam pemantauan dari pihak-pihak yang melanggar wilayah kedaulatan dan pengamanan dari adanya musuh sehingga memberikan jaminan kemenangan apabila terjadi perang udara,” tegas Danlanud Haluoleo, Kolonel Pnb Lilik Eko Susanto.

Tujuan akhir dan cita-cita bersama adalah TNI Angkatan Udara khususnya Lanud Haluoleo yang selalu bersinergi dengan instansi terkait dan masyarakat, sehingga semakin meningkatkan kepercayaan rakyat sebagai patriot NKRI yang selalu siap sedia berjuang, berkorban jiwa dan raga yang dapat menjamin rasa aman dan tenang dari ancaman udara yang diawaki oleh pengawal dirgantara yang AMPUH (Adaptif, Modern, Profesional, Unggul, Humanis) dalam menjaga kedaulatan NKRI dan stabilitas keamanan kawasan.

Dirgahayu TNI Angkatan Udara. Salam Swa Bhuana Pakca. (rls/KP)

  • Bagikan