Gobel : Indonesia Harusnya Bisa Swasembada Aspal

  • Bagikan
Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel

Kebutuhan aspal Indonesia adalah 1,22 juta ton pada 2018 dan 1,31 juta ton pada 2019. Karena ada pandemi, kebutuhan aspal pada 2020 dan 2021 mengalami penurunan. Namun pada tahun-tahun mendatang bisa naik lebih besar lagi sesuai kondisi ekonomi Indonesia.

Aspal impor itu berasal dari jenis aspal minyak, yaitu aspal dari residu pengilangan minyak. Aspal impor tersebut merupakan sekitar 77,39 persen pada 2018 dan 85,26 persen pada 2019. Adapun penggunaan aspal Buton, disebut asbuton, hanya sekitar 0,3 persen saja. Sisanya dipenuhi oleh aspal minyak produksi Pertamina. Impor aspal itu terbesar dari Singapura, negeri yang tidak memiliki sumberdaya alam.

Gobel mengatakan, ada dua faktor penyebab Indonesia keranjingan impor aspal dan tak mensyukuri karunia sumberdaya alam yang berlimpah.

Pertama, sudah terbiasa dengan penggunaan aspal minyak. Hal ini terkait dengan ketersediaan barang, peralatan yang dimiliki serta cara mengerjakan dan mengolahnya.

“Padahal kita sudah memiliki aturan tentang TKDN, tentang keharusan menggunakan produk dalam negeri,” katanya.

Adapun faktor kedua, katanya, kurang gigih dalam melakukan inovasi dan melakukan riset.

“Karena itu selalu digunakan alasan bahwa kualitas asbuton dinilai lebih rendah daripada kualitas aspal minyak,” katanya.

Padahal, katanya, itu hanya soal inovasi, riset, dan teknologi untuk mengolahnya. Sedangkan teknologi aspal minyak, katanya, Indonesia tinggal menggunakannya saja karena sudah ditemukan negara lain.

  • Bagikan