--45,57 Ribu Warga Menganggur
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Bonus demografi diprediksi akan terjadi pada 2045 mendatang. Indikator ini mulai terasa di Sulawesi Tenggara (Sultra). Pada Agustus 2024, jumlah usia kerja di Bumi Anoa mencapai 2,07 juta jiwa. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 36,21 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu . Data ini mencerminkan adanya pertumbuhan angkatan kerja.
Statistisi Ahli Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra Muhammad Mulyadi mengungkapkan jumlah usia kerja cukup potensial. Namun dari jumlah itu, sekitar 72, 81 persen atau sebanyak 1,467 juta jiwa masuk angkatan kerja. Sisanya, bukan bagian dari kelompok angkatan kerja “Komposisi angkatan kerja pada Agustus 2024 terdiri dari 1.430,89 juta orang penduduk yang bekerja dan 45,57 ribu orang pengangguran. Apabila dibandingkan Agustus 2023, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja sebanyak 80,93 ribuorang. Penduduk bekerja mengalami peningkatan sebanyak 79,25 ribu orang dan pengangguran juga mengalami peningkatan sebanyak 1.680 orang,” jelasnya kemarin.
Indikator penting dalam mengukur persentase angkatan kerja lanjutnya, adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Pada Agustus 2024, TPAK tercatat sebesar 72,81 persen, mengalami kenaikan sebesar 2,74 persen poin dibandingkan dengan TPAK pada Agustus 2023 yang sebesar 70,07 persen. TPAK ini menggambarkan persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi.
Dari sisi gender, TPAK laki-laki pada Agustus 2024 tercatat sebesar 85,03 persen, lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan yang hanya mencapai 60,30 persen. Meskipun demikian, baik TPAK laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan. TPAK laki-laki meningkat sebesar 0,88 persen poin, sementara TPAK perempuan mengalami kenaikan yang lebih signifikan, yakni sebesar 4,66 persen poin. Di Sultra kata dia, ada tiga sektor utama yang menyerap tenaga kerja. Pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 33,53 persen, perdagangan besar dan eceran 18,83 persen serta industri pengolahan 9,47 persen.
“Ketiga sektor ini terus mendominasi penyerapan tenaga kerja. Yang mana, semuanya mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja yang signifikan. Pertanian, kehutanan dan perikanan menyerap tambahan 63,22 ribu orang, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran yang menyerap 15,95 ribu orang dan industri pengolahan yang menyerap 4,63 ribu orang,” rincinya.
Pada Agustus 2024, sekitar 34,70 persen penduduk yang bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan/ pegawai. Sebaliknya, pekerja bebas di sektor pertanian mencatatkan angka yang paling rendah, yakni hanya 1,74 persen. Terkait dengan perubahan status pekerjaan, terjadi peningkatan signifikan pada kelompok pekerja keluarga yang tidak dibayar. Dengan kenaikan sebesar 2,97 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, kelompok pekerja yang berstatus berusaha sendiri mengalami penurunan terbesar, 1,95 persen.
Dari segi sektor pekerjaan, penduduk bekerja dapat dikategorikan menjadi kegiatan formal dan informal. Terjadi perbedaan mencolok antara pekerjaan formal dan informal.
“Penduduk yang bekerja di kegiatan informal sebanyak 886,05 ribu orang (61,92 persen). Sedangkan yang bekerja di kegiatan formal sebanyak 544,84 ribu orang (38,08 persen). Terjadi peningkatan penduduk bekerja di kegiatan informal sebesar 0,08 persen poin dibandingkan Agustus 2023, dan kegiatan formal justru mengalami penurunan sebesar 0,08 persen poin,” paparnya.
Jika dilihat dari segi tingkat pendidikan, mayoritas penduduk yang bekerja masih didominasi mereka yang memiliki latar belakang pendidikan rendah. Tamatan SD atau bahkan belum tamat SD jumlahnya mencapai 30,39 persen. Sementara itu, mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi, mulai dari Diploma hingga S1, S2, dan S3, berjumlah 19,42 persen.
“Distribusi pendidikan tenaga kerja masih menunjukkan pola yang mirip dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, ada sedikit perubahan dengan meningkatnya proporsi pekerja yang memiliki pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang naik 1,40 persen poin dibandingkan tahun lalu,” jelasnya.
Secara keseluruhan, pertumbuhan angkatan kerja menunjukkan tren positif. Peningkatan TPAK dan kontribusi sektor utama seperti pertanian, perdagangan, dan industri menjadi indikasi positif bagi perekonomian. Ke depan, peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan tenaga kerja akan sangat penting untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih berkualitas dan inklusif. (b/m1)