Kontribusi PKK dan Dharma Wanita, Support System Pembangunan

  • Bagikan
Kolaborasi TP-PKK dan DWP Kabupaten Buton serta OPD terkait, memberikan kontribusi nyata dalam upaya penurunan stunting. Intervensi dilakukan Penasihat DWP Buton, Wa Ode Naharia La Haruna bersama Ketua DWP, Kiki Amalia Asnawi dengan memberikan makanan tambahan bagi Balita serta melakukan pengecekan kondisi tubuh anak. Perkembangan kualitas pendidikan anak usia dini juga tak luput dari perhatian mereka. (DOK. DINAS KOMINFO KABUPATEN BUTON)
Kolaborasi TP-PKK dan DWP Kabupaten Buton serta OPD terkait, memberikan kontribusi nyata dalam upaya penurunan stunting. Intervensi dilakukan Penasihat DWP Buton, Wa Ode Naharia La Haruna bersama Ketua DWP, Kiki Amalia Asnawi dengan memberikan makanan tambahan bagi Balita serta melakukan pengecekan kondisi tubuh anak. Perkembangan kualitas pendidikan anak usia dini juga tak luput dari perhatian mereka. (DOK. DINAS KOMINFO KABUPATEN BUTON)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Penanganan stunting di Kabupaten Buton selalu menjadi yang terbaik di tingkat provinsi. Dalam tiga tahun terakhir Buton selalu menjadi yang teratas dalam aksi intervensi stunting itu. Salah satu support system paling aktif adalah Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan Dharma Wanita Persatuan yang berkolaborasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Peran PKK dan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Buton kompak memberikan kontribusi nyata dalam upaya penurunan stunting di Negeri Seribu Benteng itu. Terbaru, intervensi dilakukan melalui pemberian makanan tambahan bagi anak Balita, dipusatkan di Desa Mega Bahari Lasalimu Selatan. Penasihat DWP Buton, Wa Ode Naharia La Haruna, mengatakan, penanganan stunting tidak hanya terpusat sebagai urusan pemerintah saja. Pihaknya pun telah berkomitmen untuk menjadi bagian dalam menyukseskan program menekan angka stunting itu. Salah satu aksi nyata dilakukan dengan pemberian makanan tambahan, pemeriksaan ibu hamil hingga penimbangan bayi.

“Pemberian makanan tambahan ini dengan memanfaatkan pangan lokal. Kemudian untuk edukasi kesehatan kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan,” kata Wa Ode Naharia. Menurutnya, rendahnya akses sanitasi dan air bersih, minimnya pendapatan keluarga, pola asuh kurang tepat, pemberian ASI eksklusif tidak sesuai standar, kebiasaan makan makanan instan pada Balita, turut memberikan pengaruh buruk terhadap tumbuh kembang anak. “Nah ketika mereka stunting, dikhawatirkan tidak produktif dan akan sulit berdaya saing dalam menghadapi Indonesia Emas 2045,” lanjutnya.

Kolaborasi TP-PKK dan DWP Kabupaten Buton serta OPD terkait, memberikan kontribusi nyata dalam upaya penurunan stunting. Intervensi dilakukan Penasihat DWP Buton, Wa Ode Naharia La Haruna bersama Ketua DWP, Kiki Amalia Asnawi dengan memberikan makanan tambahan bagi Balita serta melakukan pengecekan kondisi tubuh anak. Perkembangan kualitas pendidikan anak usia dini juga tak luput dari perhatian mereka. (DOK. DINAS KOMINFO KABUPATEN BUTON)

Secara nasional prevalensi stunting masih cukup tinggi, diangka 21,5 persen. Penurunannya hanya mencapai 0,1 persen dari tahun sebelumnya. Sementara prevalensi stunting di Buton pada tahun 2023 masih cukup tinggi, 16,79 persen, berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) dan 37,2 persen menurut Survey Kesehatan Indonesia (SKI). “Kami berharap agar pemberian makanan tambahan ini memberikan manfaat dan bisa menurunkan angka stunting di Buton. Juga kita bisa mengukur, minimal 95 persen sasaran Balita,” pungkasnya. (b/lyn/adv)

  • Bagikan