--16 Hari, Dinkes Catat 396 Kasus
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) kian mengkhawatirkan. Tiap hari, pasien terus bertambah. Hingga pertengahan Januari 2024, tercatat sudah 396 kasus. Kendari menjadi daerah penyumbang terbesar penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti dengan 260 kasus. Terbaru, seorang pasien DBD harus merenggang nyawa.
Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Andap Budhi Revianto meminta masyarakat lebih waspada. Sebab kondisi cuaca saat ini sangat mendukung pengembang biakan nyamuk aedes aegypti. Cara efektif mencegah menekan kasus DBD dengan upaya pencegahan melalui gerakan 3M. Mulai membersihkan lingkungan, menguras tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk dan memperhatikan lingkungan sosial.
"Perlunya respons serius untuk menangani situasi ini. Diperkirakan, endemi DBD akan berlanjut sampai Maret-April. Kami mengimbau masyarakat melakukan pencegahan daripada mengobati. Kami ingin menyatakan dukacita terhadap pasien DBD yang meninggal dunia. Bagi yang masih dalam perawatan, semoga bisa segera disembuhkan," kata Andap ketika menengok pasien DBD di Rumah Sakit (RS) Bahteramas, Selasa (16/1).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sultra, kasus DBD meningkat signifikan. Pertanggal 16 Januari sudah 396 kasus DBD yang tersebar di 17 daerah. Kendari mencatat kasus terbanyak sekira 260 kasus atau 60 persen dari total sebaran, termasuk satu kasus kematian. Kasus DBD didominasi anak-anak dan orang dewasa. Makanya, persoalan ini menjadi perhatian serius pemerintah. Ia meminta jajaran merespons serius langkah penanganan agar tak sampai jatuh korban jiwa.
"Langkah-langkah preventif terus dilakukan untuk menekan jumlah kasus. Saya mengajak media turut serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pencegahan DBD. Dengan upaya bersama, diharapkan kesadaran masyarakat dapat ditingkatkan untuk melawan penyebaran virus DBD," ujarnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Bahteramas, dr. Hasmudin mengatakan kasus meninggal dunia akibat DBD adalah seorang balita berusia 4 tahun. Sebelumnya, pasien dirawat di RS Hati Mulia kurang lebih seminggu kemudian dirujuk ke RS Bahteramas dengan kondisi yang sudah berat atau sudah shock syndrome.
"Ketika diterima, pasien langsung dilakukan perawatan intensif. Namun Tuhan berkendak lain. Pasien akhirnya meninggal. Sejak 1 sampai 16 Januari, kami telah menangani 65 pasien DBD. Sebagian sudah rawat jalan. Namun masih ada 39 pasien yang masih rawat inap. Selain pasien Kendari, ada juga rujukan dari Buton Utara (Butur) Konawe, Konawe Selatan (Konsel) dan lainnya," jelasnya.
Ia mengimbau masyarakat lebih mawas diri. Kenali gejala DBD. Jika anggota keluarga demam, harus segera ke fasilitas kesehatan terdekat. Nantinya, akan dilakukan pemeriksaan trombosit. Bila ada penurunan trombosit, itu menandakan gejala DBD.
"Kami (RS Bahteramas) hanya merawat. Kita semua harus bisa melakukan langkah pencegahan. Kalau fogging dan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat itu domain Dinkes. DBD merupakan penyakit endemik yang tertentu ada kecenderungan kasusnya naik. Apalagi pada musim penghujan," jelasnya. (b/rah)