Diselundupkan Keluar Negeri
Untuk membuktikan adanya pengiriman napoleon ke luar Kendari, kami mengunjungi PPI Kendari di Kecamatan Kendari Barat. Tim kolaborasi berlagak sebagai calon pembeli ikan napoleon. Bertanya kepada salah seorang buruh bongkar muat yang sedang istirahat yang sontak menjawab, "Ikan napoleon banyak dari Wanci."
Ia mengaku, tiga hari sebelumnya melihat tiga ekor napoleon dengan berat sekira 40 kg dari Wakatobi, sedang di-fillet oleh salah satu agen penampung yang berjarak puluhan meter dari PPI. Penampilan “perusahaan” agen penampung napoleon terlihat biasa. Terdapat beberapa gabus ikan bertumpuk dan timbangan di teras rumah. Dari pembicaraan singkat beberapa orang yang kami temui di teras, sepertinya mereka baru saja mengirim napoleon ke klien.
Saat mengonfirmasi apakah perusahaan tersebut distributor ikan, salah satu di antara mereka yang bertubuh paling kecil bernama Iwan (nama disamarkan) menjawab, "Kita hanya suplier, bukan perusahaan. Semua jenis ikan kami tampung lalu dikirim ke Makassar," ujarnya.
Apakah menampung napoleon? "Ada dari semua penjuru. Dari Wakatobi setiap hari," Iwan menjawab spontan, namun tak mau memperlihatkan ikan tersebut kepada tim liputan kolaborasi.
Iwan mengaku menerima ikan napoleon hidup dan mati. "Saya punya nelayan pengumpul di pulau. Ikan yang hidup dikirim ke Bali dan ikan yang mati dikirim ke sini (Kendari). Mau besar dan kecil, ada. Satu ton mau?" ucapnya bersemangat.
Iwan menjelaskan ikan napoleon hidup di kirim ke Bali oleh jejaring nelayan pengepulnya di Wakatobi, menggunakan kapal dengan bak besar berisi air beroksigen. "Itu kan ada izin karantinanya, kelautannya, perjalanannya. Ada semua,” tuturnya.
Sayangnya, Iwan enggan menyebut nama koneksi jejaring pengepul ikan. "Itu rahasia kami," ujarnya sembari cemberut.
Iwan hanya menyebutkan rute pengiriman ikan napoleon. Dari tempatnya, ikan itu dikirim ke Makassar, Sulawesi Selatan, menggunakan jasa bus angkutan reguler. "Dari Makassar mengirim ikan ke Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Dubai. Makassar kan punya bandaranya internasional. Makanya bisa langsung keluar negeri,” ungkapnya
Tidak ada keterangan resmi dari pihak Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kendari mengenai pengawasan distribusi ikan napoleon di pelabuhan-pelabuhan antarpulau di wilayah Kendari, titik keluar masuk perdagangan ikan napoleon dari Taman Nasional Wakatobi.
Padahal tim kolaborasi telah berulang kali mendatangi kantor BKIPM Kendari untuk mengonfirmasi perihal tersebut. Staf yang ditemui kerap beralasan pimpinan sedang rapat. "Kalau untuk sekarang lagi banyak kegiatan dia (Kepala BKIPM Kendari) itu," ujar seorang staf BKIPM yang menemui tim kolaborasi, beberapa waktu lalu.
BPSPL Belum Keluarkan Izin
Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Laut (BPSPL) Makassar, Getreda Hehanussa mengaku belum pernah menerima laporan soal perdagangan ikan napoleon di Sultra hingga ke provinsi lain. Ia menegaskan budidaya dan perdagangan ikan napoleon hanya bisa dilakukan jika ada kuota.
Perusahaan pembudidaya dan distributor harus mendapatkan izin dari pihak berwenang sebelum melakukan dua aktivitas tersebut. Hingga kini, BPSPL Makassar, yang wilayah kerjanya meliputi Sultra, belum pernah mengeluarkan izin pembudidayaan ikan napoleon di Sultra. "Mestinya tidak terjadi perdagangan,” kata Getreda melalui sambungan telepon. (a)
*Tim Liputan Kolaborasi Harian Kendari Pos, Mongabay, dan Harian Rakyat Sultra
atas dukungan Garda Animalia dan Auriga Nusantara dalam program Bela Satwa.