KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Dalam kesempatan tersebut, Andap juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam pelestarian budaya Sultra. Terutama kepada generasi muda yang berpartisipasi. Ia menekankan, upaya pelestarian budaya harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Terutama dalam menjaga kelangsungan bahasa dan tradisi yang mulai tergerus oleh zaman.
“Kita harus melestarikan tidak hanya kain tenun, tetapi juga bahasa dan tradisi kita agar tidak hanya menjadi kenangan,” ungkap Andap.
Ia juga menyoroti pentingnya langkah konkret dari semua pihak untuk melindungi budaya agar tidak punah. "Saya mengapresiasi pengrajin yang mampu mengekspresikan nilai budaya dan kearifan lokal melalui karya tenun mereka," jelasnya.
Andap menambahkan, kain tenun bukan sekadar selembar kain, melainkan mengandung nilai-nilai budaya dan identitas masyarakat Sulawesi Tenggara. "Tenun menggambarkan keindahan yang tercipta dari ketekunan dan kreativitas para pengrajin kita. Setiap motif, seperti motif jagung, memiliki makna tersendiri yang mencerminkan kebudayaan lokal," terangnya.
Kegiatan pelestarian tenun ini digelar selama dua hari, mencakup expo tenun, talkshow, workshop, berbagai lomba, serta job fair yang menghadirkan 22 perusahaan dengan beragam peluang kerja bagi alumni SMK. Pameran ini menampilkan hasil karya para siswa dan menciptakan ruang kolaborasi bagi pelaku UMKM dan industri.
"Kegiatan ini berlangsung pada 4-5 November 2024, di dua lokasi, yakni The Park Kendari dan Pelataran Dikbud Sultra," paparnya. Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk perwakilan Bank Indonesia Sultra, kepala sekolah, guru, pelaku UMKM, dan pelajar.
Kepala Dikbud Sultra, Yusmin, juga menegaskan pentingnya melibatkan generasi muda dalam pelestarian budaya. Menurutnya, tanpa keterlibatan generasi penerus, keberlangsungan warisan tenun akan terancam. “Jika anak-anak kita tidak belajar menenun, warisan ini akan hilang,” ungkapnya.
Yusmin mengaku bangga atas pengakuan nasional yang diraih Sultra dalam bidang pelestarian budaya, di mana penghargaan nasional meningkat dari satu menjadi sembilan penghargaan.
“Ini adalah bukti bahwa kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga mengangkat martabat Sultra di tingkat nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Asisten III, Sukanto Toding, menyebutkan acara ini sebagai pusat pembelajaran bagi masyarakat, khususnya generasi muda.
"Tenun mencerminkan pengetahuan, budaya, dan nilai-nilai yang diwariskan oleh nenek moyang kita," jelas Sukanto.
"Dengan terselenggaranya acara ini, diharapkan pelestarian tenun dan budaya Sultra akan terus berlanjut dan menginspirasi generasi mendatang untuk menjaga warisan leluhur demi keberlanjutan budaya Sultra," pungkasnya. (rah/adv)