KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Data hotspot dan empat titik koordinat panas di wilayah Kota Baubau mendeteksi di Kecamatan Sorawolio. Untuk menanggulangi ancaman tersebut, diperlukan perubahan perilaku melalui budaya siaga bencana. Diketahui, Sesuai hasil pemantauan BMKG, dinamika atmosfer wilayah Kota Baubau pada Oktober ini masih berlangsung musim kemarau dan masuk dalam kategori normal.
Awal musim hujan diperkirakan baru berlangsung pada November mendatang. “Bencana alam, baik itu gempa bumi, banjir, kebakaran, maupun lainnya adalah hal yang tak dapat dihindari.
Seiring dengan perubahan iklim dan kegiatan manusia, frekuensi dan intensitas bencana semakin meningkat. Kesiapsiagaan menghadapi bencana merupakan langkah preventif dalam mengantisipasi penanggulangan bencana alam yang telah diatur dalam undang-undang,” jelas Pj Wali Kota Baubau, Dr. H. Muh. Rasman Manafi, kemarin.
Kesiapsiagaan dan pengecekan peralatan juga harus rutin dilakukan, bukan hanya petugas saja. Sehingga saat terjadi bencana, semua komponen sudah siap.
“Terus berupaya sekuat tenaga mengoptimalkan potensi yang ada. Oleh sebab itu, penting dilakukan evaluasi kekuatan personel dan peralatan yang ada,” harap Rasman Manafi.
Makanya sangat penting meminimalisir dampak yang mungkin terjadi melalui mitigasi bencana. Penanggulangan bencana bukan hanya tugas pemerintah, TNI, Polri, Basarnas maupun instansi terkait semata.
“Semua pihak harus menyadari bahwa tanggap bencana merupakan panggilan kemanusiaan dan menjadi tanggung jawab kita bersama. Respon yang cepat dengan keterpaduan pemerintah dan masyarakat dalam penanganan bencana sangat diharapkan.
Sehingga dapat berjalan cepat, tepat, efisien dan efektif,” pungkas Rasman Manafi. (c/lyn)