--Tunaikan Amanah, Wujudkan Kinerja Positif
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Drs Edy Suharmanto telah menorehkan tinta emas dalam catatan pembangunan di Negeri Dewi Padi. Sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan di Bombana, pria kelahiran Bima 31 Desember 1966 mampu membuktikan kecakapannya sebagai birokrat andal. Di bawah komandonya, derap pembangunan di Negeri Dewi Padi ini berjalan on the track. Lewat program yang terukur, sejumlah program strategis di Bombana mampu dieksekusi.
Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) diamanahkan memimpin Bombana sejak 28 November 2023. Memasuki sembilan bulan menjalankan masa tugasnya, kinerja gemilang Edy Suharmanto sudah menampakan hasil. Laju inflasi mampu dikendalikan, angka stunting dan kemiskinan esktrem turun signifikan. Tidak hanya itu, ia juga mampu menjalankan berbagai arahan Presiden termasuk menyukseskan pemilu serentak.
Kinerja gemilang pria bersahaja ini tidak hanya membawa dampak positif di tingkat lokal, tetapi juga diakui di tingkat nasional. Kabupaten Bombana berhasil meraih berbagai penghargaan bergengsi yang semakin memperkuat reputasi daerah tersebut di mata publik. Atas kerja kerasnya, Kendari Pos dengan Bangga menganugerahkan Edy Suharmanto sebagai tokoh Inovatif pemerintahan Sultra tahun 2024.
Kabupaten Bombana, yang resmi menjadi daerah otonomi baru sejak 18 Desember 2003 dengan ibukota di Kasipute, telah menghadapi berbagai tantangan di bawah kepemimpinan Edy dan para pemimpin sebelumnya. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah terbatasnya akses layanan kesehatan di Pulau Kabaena, sebuah wilayah terpencil yang sering kali kekurangan fasilitas kesehatan.
Menyadari urgensi masalah ini, Edy mengambil langkah konkret dengan menginisiasi pembangunan Rumah Sakit Pratama tipe D di Kabaena. Pada 8 Juni 2024, Edy secara resmi melakukan peletakan batu pertama untuk rumah sakit y a n g akan dibangun di Desa Baliara, Kecamatan Kabaena. “Dalam dua bulan pertama saya menjabat di Bombana, kami membahas serius masalah akses kesehatan. Saya kemudian mengusulkan pembangunan RS Kabaena melalui anggaran perubahan, dan prosesnya berlangsung cepat, dari perencanaan hingga peletakan batu pertama,” ujar Edy.
Pembangunan rumah sakit ini dijadwalkan berlangsung secara bertahap, dengan anggaran awal sebesar Rp 2 miliar pada tahun 2024. Anggaran tambahan akan disediakan untuk tahap berikutnya, dengan harapan bahwa rumah sakit ini dapat beroperasi pada akhir 2024, sehingga dapat mengatasi berbagai kesulitan kesehatan yang dihadapi masyarakat di wilayah terpencil seperti Kabaena.
Selain fokus pada sektor kesehatan, Edy juga mengarahkan perhatiannya pada stabilitas ekonomi daerah. Ia meluncurkan inisiatif baru berupa “Kios Inflasi” yang bertujuan untuk menstabilkan harga b a h a n pokok di Bombana dengan memberikan harga yang lebih terjangkau melalui subsidi pemerintah. “Kios inflasi adalah strategi untuk menjaga daya beli masyarakat dan mencegah kemiskinan,” jelas Edy.
Program ini melibatkan para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) lokal, memastikan bahwa selain memberikan harga bahan pokok yang lebih rendah kepada masyarakat, juga memberikan keuntungan bagi pemilik toko. Sebagai contoh, jika harga minyak di pasar umum mencapai Rp 10.000, di kios inflasi, minyak tersebut dijual dengan harga Rp 8.000, di mana selisihnya disubsidi oleh pemerintah.
Upaya Edy dalam menekan laju inflasi di Kabupaten Bombana tidak hanya membuahkan hasil yang nyata di tingkat lokal tetapi juga mendapat pengakuan nasional. Kabupaten Bombana berhasil masuk dalam 10 besar Kabupaten/Kota dengan penurunan Indeks Perkembangan Harga (IPH) tertinggi secara nasional. Prestasi ini diungkap dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi yang diselenggarakan melalui platform Zoom bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yang dipimpin langsung Tito Karnavian pada Selasa (4/6).
Data yang dipaparkan dalam rapat tersebut menunjukkan tren penurunan IPH yang sangat positif dan berkelanjutan di Bombana selama tiga pekan berturut-turut. Pada minggu pertama, IPH Bombana mengalami penurunan sebesar -2,12 persen. Angka ini terus membaik pada minggu kedua dengan penurunan mencapai -3,65 persen. Puncaknya, pada minggu ketiga, IPH kembali mencatat penurunan signifikan hingga mencapai -3,96 persen. Konsistensi penurunan ini menjadi indikator p e n t i n g b a h w a perkemb a n g a n harga di B o m b a n a berhasil dikendalikan dengan baik.
Edy Suharmanto menjelaskan keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja keras semua pihak yang terlibat dalam pengawasan dan pengendalian harga secara rutin di pasar. Berbagai upaya seperti penyelenggaraan pasar murah, lapak tani, hingga operasi pasar yang dilakukan secara berkala telah memberikan kontribusi signifikan dalam penurunan IPH di Bombana. Salah satu faktor penting yang juga diakui oleh Edy adalah adanya gerakan persuasif dari pemerintah yang mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan-lahan kosong di Bombana untuk bercocok tanam, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan bahan pangan dari luar daerah. (b/ idh)