Melestarikan Kearifan Lokal dan Cagar Biosfer Wakatobi

  • Bagikan
H. Haliana
H. Haliana

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Masyarakat Bajau (Bajo) di Kabupaten Wakatobi yang hidup berdampingan dengan laut memiliki peran vital terhadap masa depan alam yang lestari. Tidak hanya menjadikan laut sebagai tempat menggantungkan hidup melainkan turut menjaga kelestarian laut. Masyarakat Bajau berkomitmen mendukung sumber daya pesisir dan laut yang ada di Kabupaten Wakatobi. Dukungan itu tersaji dalam deklarasi sekaligus parade 1000 perahu untuk pengetahuan tradisional komunitas di Cagar Biosfer Wakatobi, baru-baru ini.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, mengungkapkan deklarasi masyarakat Bajau dalam perlindungan dan pengelolaan cagar biosfer Wakatobi merupakan salah satu bentuk perhelatan yang mengangkat harkat dan martabat suku Bajau di Wakatobi dan suku bajau dimanapun berada.

Irini mengaku sangat sering menjumpai berbagai riset dan tulisan tentang suku Bajau yang bagus dan beranekaragam tetapi narasi-narasi tersebut tidak terimplementasi penerapannya pada masyarakat Bajau yang memiliki populasi sekitar 6 hingga 7 juta orang.

“Sebagai contoh ketika berkunjung ke perkampungan Bajau, mereka memiliki keunikan luar biasa sebagai masyarakat nelayan atau maritim, karena memang di sanalah kehidupan mereka yang sebenarnya. Namun ketika berbicara tentang sumbangsih terhadap keterlibatan dalam pembangunan seperti kurang tereksplorasi,” ujarnya kepada Kendari Pos, Jumat (3/5/2024).

Berdasarkan pengalaman tersebut, lanjut Irini, ke depannya perlu melibatkan suku Bajau agar budaya yang dimiliki bisa menjadi kekuatan baru sekaligus nilai tambah bagi daerah tempat mereka bermukim, misalnya di Wakatobi yang merupakan salah satu daerah cagar biosfer dalam menjaga aset tersebut sekaligus memancing riak–riak kepariwisataan.

Sementara itu, Bupati Wakatobi H Haliana mengapresiasi inisiasi pelaksanaan deklarasi oleh Kemdikbudristek yang mampu menggugah semangat kolaborasi antara masyarakat dan tokoh Bajau.

Semua pemangku kebijakan serta seluruh masyarakat di Kabupaten Wakatobi yang berjumlah 115.000 jiwa dan tersebar di 4 pulau besar yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. “Semua untuk berkomitmen bersama maupun melahirkan rekomendasi untuk menjaga laut yang diharapkan menjadi komitmen bersama sejak hari deklarasi hingga seterusnya guna memberikan manfaat yang lebih panjang ke generasi–generasi berikutnya,” ujar Bupati Haliana.

Terpisah, Presiden Kerukunan Keluarga (Kekar) Bajau Indonesia Abdul Manan mengatakan deklarasi tersebut merupakan bentuk komitmen untuk mendukung dan ikut serta melestarikan sumber daya pesisir dan laut yang ada di Kabupaten Wakatobi sebagai salah satu cagar biosfer dunia.

Abdul Manan menyebut cagar biosfer Wakatobi pada 10 tahun yang akan datang ditentukan oleh suku Bajau (Bajo). “Oleh karena itu, mari bersama-sama bergotong royong, menyatukan tenaga dan pikiran untuk memakmurkan Cagar Biosfer Wakatobi untuk kehidupan kita di masa depan,” ujarnya.

Ia melanjutkan jika habitat cagar biosfer itu mengalami kerusakan maka akan berimplikasi terhadap menurunnya produktivitas laut, diantaranya akan berdampak pada hasil tangkap nelayan. “Yang akan menderita adalah kita,” terang Abdul Manan. (thy/b)

  • Bagikan

Exit mobile version