Inflasi Sultra Masih Terkendali

  • Bagikan
Pj Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto
Pj Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto

--Dibawah Rata-rata Inflasi Nasional

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Inflasi Sulawesi Tenggara (Sultra) masih terkendali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Sultra pada Maret 2024 berada di posisi 2,93 persen (year on year). Meski sedikit mengalami peningkatan bila dibandingkan bulan sebelumnya (Februari) sebesar 2,90 persen, namun angka ini masih terkendali. Sebab, Sultra masih berada di posisi 13 besar inflasi terendah se-Indonesia.

Pj Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto mengucapkan syukur karena inflasi Sultra masih berada direntang terkendali. Di mana, secara year on year Sultra berada di angka 2,93 persen. Angka ini tercatat masih berada di bawah angka inflasi nasional yakni 3,05 persen (year on year).

“Bila diurutkan dari tingkat inflasi tertinggi, maka Provinsi Sultra berada pada peringkat ke-25 dari 38 provinsi atau 13 besar inflasi terendah secara nasional. Inflasi tertinggi tercatat di Provinsi Papua Barat sebesar 4,78 persen dan inflasi terendah tercatat di Provinsi Papua Barat Daya sebesar 1,42 persen,” ungkap Andap Budhi Revianto, Senin (1/4/2024).

Menurutnya, saat ini inflasi Year on Year Sultra masih dalam rentang terkendali yakni rentang antara 1,5 persen hingga 3,5 persen (target inflasi 2024 sebesar 2,5%±1%).

“Sampai saat ini, inflasi kita masih dalam rentang terkendali. Hal ini mengingat Gerakan Pangan Murah (GPM), sidak pasar dan pemberian stimulus kepada masyarakat selama ramadan hingga jelang idul fitri terus dilakukan. Demi menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok di tengah masyarakat,” jelasnya.

Mantan Kapolda Sultra ini menambahkan, data komoditas penyumbang inflasi year on year di Sultra yakni beras sebesar 1.49 persen, sigaret kretek mesin sebesar 0.39 persen, mobil sebesar 0.12 persen, sawi hijau dan angkutan udara sebesar 0.10 persen.

“Terdapat 5 komoditas penyumbang utama inflasi di Sultra yakni beras, sigaret kretek mesin, mobil, sawi hijau dan angkutan udara. Sedangkan untuk peredam laju inflasi yakni ikan kembung dan ikan layang,” terangnya.

Untuk angka inflasi bulanan (MoM) Sultra juga mengalami inflasi sebesar 0,62 persen dengan komoditas utama penyebab inflasi yakni beras sebesar 0.65 persen, telur ayam ras sebesar 0.09 persen dan kangkung dengan andil inflasi sebesar 0.05 persen.

“Dari rilis yang dikeluarkan BPS, angka inflasi Sultra masih relatif stabil dan masih di bawah rata-rata nasional,” kata Sekjen Kemenkumham tersebut.

“Meskipun beberapa komoditas sebabkan inflasi seperti beras, telur ayam ras, dan kangkung, tetapi terdapat dua komoditas yang dapat meredam laju inflasi yakni tomat dan ikan layang,” sambungnya. Pj Gubernur lebih lanjut menginstruksikan kepada bupati dan wali kota untuk mengkaji tata kelola niaga beras di wilayahnya masing-masing.

“Para bupati dan wali kota agar melihat kembali tata kelola niaga beras yang dikoordinasikan dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk pengaturannya,” tegasnya.

Andap juga menghimbau kepala daerah agar mengambil langkahlangkah untuk menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga selama bulan suci Ramadan dan menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 H.

“Kita harus berkomitmen dan bertanggung jawab dalam menjaga ketersediaan dan stabilitas harga jelang Idul Fitri 2024 di Provinsi Sultra melalui langkah-langkah yang terencana, terprogram dan terimplementasi dengan baik,” imbuhnya.

Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti mengatakan, secara historycal bulan Ramadan selalu terjadi inflasi. Harga-harga kebutuhan pokok selalu naik.

“Tapi tahun ini untuk harga kebutuham di provinsi Sultra masih aman dan tak ada lonjakan. Hal ini karena ada upaya dari pemerintah provinsi seperti gerakan pasar murah, stimulus kebutuhan pokok dan beberapa kegiatan lainya. Sehingga semua masih tetap bisa dikendalikan,”kata Agnes.

“Seperti beras misalnya masih menyumbang angka inflasi. Tapi sesungguhnya harga beras sudah mulai turun dibanding awal Ramadan. Meski demikian, harganya masih lebih murah pada Februari dibanding saat ini. Sehingga kelihatan masih ada inflasi tetapi sebenarnya itu sudah mulai turun,” tambahnya.

Dijelaskan, untuk rentang inflasi, Pemerintah melalui bank Indonesia telah menetapkan target inflasi year on year yaitu 2,5 persen ±1 persen, artinya rentan inflasi terkendali di angka 1,5 hingga 3,5 persen.

“Kalau kitakan masih dalam posisi 2,93 persen artinya ini masih dalam rentang terlendali, artinya bahwa ini masih dalam rentang wajar. Kalau terlalu turun hingga menyebabkan deflasi juga kan kasihan produsennya,”jelasnya.

Dimana kenaikan inflasi umumnya disebabkan harga tiket pesawat dan banyak hal lainya yang berkenaan dengan Ramadan. Namun untuk kebutuhan pokok malah masih aman, sempat agak naik namun kini beberapa mulai turun. Padahal di tahun-tahun sebelumnya kebutuhan pokok yang malah bergejolak harganya. (b/rah)

  • Bagikan