--Menelisik Perdagangan Gelap Ikan Napoleon di Wakatobi
Berstatus dilindungi, ikan napoleon di Taman Nasional Wakatobi masih diburu. Diperdagangkan ala-ala mafia ke luar negeri setiap dua bulan sekali.
YULI, Wakatobi (Reporter Kendari Pos)
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Lelaki itu, bernama Arjun-nama samaran paling menyukai karang yang sehat. Bukan karena pemandangannya yang indah, melainkan karena di sana hidup beraneka ragam ikan karang. Dari vertebrata itu Arjun menafkahi keluarganya. Arjun, salah satu nelayan tradisional yang aktivitasnya dipantau tim liputan kolaborasi Harian Kendari Pos, Mongabay Indonesia, dan Harian Rakyat Sultra.
Arjun sehari-hari mencari ikan di perairan Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sultra. Acap kali, Arjun membawa pulang ikan napoleon (Cheilinus undulatus) yang tergolong jenis ikan karang sebagai hasil buruan. Arjun tahu, napoleon dilindungi. Namun karena kebutuhan ekonomi dan tak pernah ditangkap petugas, ia berburu napoleon.
Malam, medio Juni lalu, Arjun mantap mengayuh perahu kayunya. Bermodalkan panah ikan tradisional sepanjang satu setengah meter, head lamp (senter kepala), jerigen, dan seutas tali, dia menuju gugusan terumbu karang berjarak ratusan meter dari pesisir pantai Pulau Tomia. Dia berencana memanah ikan napoleon yang biasanya terlelap di dasar karang berpasir pada malam hari. Arjun menyelam di kedalaman 7 hingga 15 meter. Sesekali ia naik ke permukaan dengan ikan-ikan karang kecil di tangannya. Namun bukan napoleon.
Setelah beberapa jam lamanya naik turun ke air, Arjun baru menemukan target. Seekor ikan napoleon tengah tertidur. Dari arah belakang, berjarak 2 meter, ia melepaskan anak panah yang seketika menembus badan seekor ikan napoleon. Sekali kena panah, susah bagi ikan berwarna biru itu melepaskan diri. "Napoleon mudah ditangkap di malam hari. Saat mereka masih tidur,” kata Arjun.
Arjun hanya membawa pulang seekor napoleon seberat 2,6 kilogram. Ikan itu segera dibersihkan dan dimasukkan ke dalam lemari pendingin agar tetap segar. napoleon tak selalu dilepas Arjun kepada pembeli. Ada kalanya hanya untuk memenuhi kebutuhan lauk keluarganya. Seperti tangkapan Arjun kali itu, berakhir di meja makan.
Kata Arjun, napoleon biasanya ada di spot-spot tertentu. Pulau Tomia menjadi salah satu favorit ikan ini. Kini, populasinya kian berkurang dan sulit ditemui. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Hampir saban kali melaut ia bisa mendapatkan napoleon berukuran besar. "Dagingnya enak, bisa jadi penambah darah dan untuk kebutuhan konsumsi keluarga,” tuturnya.
Nelayan lainnya di Kecamatan Tomia Timur, sebut saja Abdi, sering berburu ikan napoleon. Dalam sebulan, ia menangkap seekor napoleon. Abdi hanya memburu napoleon berbobot 20 kilogram. napoleon kecil dilepas kembali ke laut.
napoleon tangkapan Abdi sebagian dijual ke masyarakat, sebagian lagi dijual ke pengepul lokal. Biasanya napoleon dipotong kecil-kecil untuk menyamarkan bentuknya lalu dijajakan di perkampungan.
“Kita menyebut nama ikan lain yang mirip napoleon karena nelayan yang tangkap itu takut (tertangkap petugas),” kata Abdi menjelaskan modus penjualan napoleon.
Ikan hasil buruan Abdi yang dijual kepada pengepul lokal dijual lebih murah karena takut ketahuan. Oleh pengepul lokal, ikan-ikan itu dikirim ke luar Pulau Tomia. Kota Baubau salah satunya. Di sana, ada pengumpul besar ikan napoleon. “Kita sistemnya ada perjanjian.Kalau nantinya ada masalah, pengepul tidak akan membawa-bawa nama nelayan,” ujarnya.