Andi Sumangerukka: Ketahanan Pangan Bagian dari Kedaulatan Negara

  • Bagikan

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka tak hanya tuntas dalam urusan militer. Persoalan masyarakat sipil juga sangat dipahaminya. Hal itu tergambar, saat dirinya menjadi pembicara dalam Pertemuan Saudagar Bugis Makassar (PSBM) di Makassar, Sabtu, 14 Mei 2022.

Dalam pertemuan itu, Ketua BPW KKSS Provinsi Sulawesi Tenggara ini banyak mengulas tentang persoalan petani di tanah air. Sekaligus memberikan beberapa catatan solusi yang sudah dilakukannya.

Sebagai orang yang berlatar belakang militer, dirinya mempersepsikan, ketahanan pangan sebagai bagian dari kedaulatan negara. Sama halnya militer dan energi. "Termasuk sektor-sektor
lain yang juga menjadi bagian penting bangsa ini," ujar Andi Sumangerukka.

Ketua BPW KKSS Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka menjadi pembicara di Pertemuan Saudagar Bugis Makassar, Sabtu, 14 Mei 2022. FOTO: KKSS Sultra for KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID

Dia mencontohkan di Amerika Serikat, logistik pangan menjadi bagian penting dalam militer. "Sektor pangan, khususnya pertanian menjadi elemen penting tak terpisahkan dalam mendukung kedaulatan negara," jelasnya.

Namun demikian, vitalnya sektor pangan, tidak dibarengi dengan perhatian serius elemen terkait. Sebagai Ketua BPW KKSS dan pengurus HKTI, dirinya menemukan fakta lapangan, petani sebagai elemen penting dalam penyediaan pangan, masih berhadapan dengan berbagai persoalan pelik.

Menurutnya, persoalan pertama dihadapi petani adalah Permodalan. Petani masih tergantung pada tengkulak. Namun demikian, BPW KKSS telah memberikan solusi dengan mendirikan koperasi (induk koperasi di BPW-KKSS) dan penguatan
kelompok tani melalui Gapoktan.

Persoalan kedua adalah lahan yang makin sulit. Hal ini disebabkan oleh alih fungsi lahan. "Untuk persoalan ini, BPW KKSS telah melakukan pemetaan wilayah potensial dan pemetaan komoditas," jelasnya.

Persoalan ketiga lanjut dia, penguasaan teknologi pertanian modern. Rencana, pihaknya akan melakukan bimtek dan industrialisasi pertanian.

Persoalan keempat adalah kelangkaan pupuk. Urusan ini, Andi mengaku perlu dirancang bantuan pupuk kimia non subsidi dengan harga terjangkau melalui MoU dengan perusahaan distributor pupuk.

Persoalan kelima adalah pemasaran yang panjang dan akses pasar terbatas. "Solusinya perlu memperluas akses pasar, melalui bimtek dan koperasi," imbuhnya. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version