Cegah Gagal Tumbuh Anak Lewat “Genting”

  • Bagikan
Ilustrasi Anak-Anak

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID--Prevalensi stunting di Indonesia masih kategori tinggi mencapai 21,5 persen. Angka ideal menurut WHO di bawah 30 persen. Di Sulawesi Tenggara (Sultra), tingkat prevalensi stunting cukup tinggi yakni 30 persen. Data ini berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Tidak heran, Pemerintah Daerah (Pemda) dan instansi vertikal di Sultra berupaya menurunkan penyakit yang menyebabkan gagal tumbuh pada anak.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sultra Asmar mengaku telah meluncurkan program strategis bernama Genting atau Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) untuk menanggulangi masalah stunting. Program ini bertujuan untuk mengurangi prevalensi stunting dengan pendekatan berbasis keluarga dan komunitas, serta melibatkan orang tua asuh dalam upaya pencegahan.

“Program Genting merupakan salah satu upaya cepat atau quickwin yang diluncurkan Menteri Penduduk dan Pembangunan Keluarga. Program ini menyasar keluarga yang terkena atau berisiko stunting, dan mereka akan diberikan bantuan berupa makanan bergizi yang diproses Tim Penggerak Keluarga (TPK) atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di tingkat desa atau kecamatan,” jelasnya kemarin.

Keluarga yang masuk program ini kata dia, akan dipantau selama 23 bulan. Hal ini disebabkan karena masa pertumbuhan anak yang krusial terjadi pada usia 0-2 tahun. Bantuan diberikan setiap hari dengan total anggaran sebesar Rp15 ribi per anak. Dalam satu bulan, setiap anak akan mendapatkan bantuan senilai Rp 450.000, dengan target 500 ribu anak yang tersebar di 17 kabupaten/kota.

“Kami akan memantau perkembangan anak, seperti berat badan dan panjang badan. Apakah meningkat setelah intervensi tersebut. Setiap bulan, laporan perkembangan anak akan dikirim ke pusat untuk memantau kemajuan program ini,” ujarnya.

Dalam mendukung program ini, BKKBN bekerja sama dengan mitra, seperti BRI dan perusahaan perusahaan lainnya yang memiliki CSR untuk mendukung masyarakat yang membutuhkan bantuan. Selain itu, BKKBN juga melibatkan masyarakat dalam bentuk orang tua asuh

“Kami baru saja melakukan akad perjanjian dengan orang tua asuh, yang menyatakan kesiapan mereka untuk membantu anak-anak yang terpapar stunting,” jelasnya.

Para orang tua asuh sambungnya, akan memberikan bantuan berupa makanan bergizi atau dana yang disalurkan melalui BAZNAS. Bantuan tersebut kemudian disalurkan kepada petugas lapangan untuk diberikan dalam bentuk makanan bergizi bagi bayi dan balita (Baduta) yang berusia 0-24 bulan.

Program ini juga mencakup bantuan non-nutrisi seperti penyediaan jamban dan air bersih, karena faktor kebersihan lingkungan juga berperan penting dalam pencegahan stunting. “Jika anak-anak mengonsumsi air yang tidak bersih, mereka bisa terinfeksi. Yang pada gilirannya dapat menghambat pertumbuhannya,” tambahnya.

BKKBN menargetkan penurunan angka stunting di Sulawesi Tenggara pada tahun 2024 agar berada di bawah 20 persen. “Kebutuhan protein yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan anak, dan dengan gizi yang seimbang, anak-anak akan terhindar dari stunting. Oleh karena itu, kami sangat berharap masyarakat dapat memahami pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi sejak dini,”tutupnya. (b/iky)

BKKBN Lewat Program Genting
-Program dengan pendekatan berbasis keluarga dan komunitas serta melibatkan orang tua asuh
-Pemberian bantuan berupa makanan bergizi yang diproses TPK atau PLKB tingkat desa atau kecamatan
-Dipantau selama 23 bulan selama masa pertumbuhan anak yang krusial pada usia 0-2 tahun.
-Anggaran Rp 15 ribu perhari per anak. Sebulan Rp 450 ribu.
Target 500 ribu anak yang tersebar di 17 daerah di Sultra.
-BKKBN bekerja sama dengan BRI dan perusahaan melalui CSR dan melibatkan masyarakat dalam bentuk orang tua asuh

  • Bagikan

Exit mobile version