Program Makan Siang Gratis: Solusi atau Tantangan Baru?

  • Bagikan

Oleh: Muhammad Iqrar (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID-Makan siang gratis merupakan salah satu program unggulan yang diusung pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Program ini bertujuan untuk memberikan akses pangan bergizi kepada anak-anak sekolah, balita, serta ibu hamil di seluruh Indonesia. Meskipun terdengar menjanjikan, pelaksanaan program ini menghadapi berbagai tantangan yang perlu dicermati.

Manfaat Program
Program makan siang gratis diharapkan dapat mengurangi angka stunting dan kekurangan gizi di kalangan anak-anak. Dengan memberikan satu kali makan bergizi per hari, anak-anak akan lebih mungkin untuk tumbuh sehat dan berprestasi di sekolah. Selain itu, program ini juga dapat mendorong orang tua untuk lebih memprioritaskan pendidikan anak mereka, dengan harapan dapat menurunkan angka putus sekolah yang sering disebabkan oleh alasan ekonomi.

Tantangan Pelaksanaan

Namun, pelaksanaan program ini bukan tanpa tantangan. Anggaran yang dibutuhkan untuk program ini sangat besar, diperkirakan mencapai Rp 100 triliun pada tahun pertama dan bisa meningkat hingga Rp 460 triliun dalam lima tahun ke depan. Selain itu, ada kekhawatiran mengenai efektivitas distribusi makanan dan kualitas gizi yang diberikan. Jika tidak dikelola dengan baik, program ini bisa menjadi beban bagi anggaran negara tanpa memberikan hasil yang signifikan

Keterlibatan Masyarakat
Salah satu kunci keberhasilan program ini adalah keterlibatan masyarakat lokal dalam penyediaan makanan. Dengan melibatkan petani dan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), program makan siang gratis dapat berkontribusi pada perekonomian lokal sekaligus memastikan bahwa makanan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak

Kesimpulan
Program makan siang gratis memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, terutama anak-anak. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk memastikan bahwa program ini tidak hanya menjadi janji politik semata tetapi benar-benar memberikan manfaat bagi generasi mendatang.Dengan demikian, masyarakat perlu terus memantau perkembangan program ini dan memastikan bahwa semua pihak bertanggung jawab dalam pelaksanaannya.

Namun disamping itu semua, ada beberapa alternatif lain selain makan siang gratis untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Beberapa alternatif tersebut adalah:

  1. Suplementasi Nutrisi: Menyediakan suplemen nutrisi seperti “bubuk ikan” yang pernah digunakan pada tahun 1970-an. Suplemen ini dapat membantu memenuhi kebutuhan protein hewani anak-anak di daerah pedesaan dan pegunungan
  2. Promosi Pola Makan Sehat: Melakukan kampanye promosi pola makan sehat dan bergizi. Meskipun program makan siang gratis penting, namun kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat juga perlu ditingkatkan. Program pendukung seperti pelatihan kuliner tradisional yang seimbang dan edukasi tentang gizi dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat
  3. Penyaluran Modal Produktif: Memberikan modal produktif kepada keluarga miskin untuk membeli bahan makanan sendiri. Contohnya, memberikan Rp 1 juta per keluarga untuk membeli ayam, itik petelur, bibit belut, dan bibit sayur hidroponik. Konsep prosumer (proses produksi dan konsumsi) dapat membantu masyarakat mandiri dalam memproduksi makanan sendiri
  4. Penggunaan Alternatif Sumber Protein: Menggunakan alternatif sumber protein seperti susu ikan, susu kedelai, atau susu kambing dari peternak lokal. Hal ini penting karena tingginya tingkat intoleransi laktosa di Indonesia, sehingga susu sapi tidak cocok untuk semua anak
  5. Integrasi dengan Program Lain: Mengintegrasikan program makan siang gratis dengan program lain seperti pendidikan gizi, distribusi makanan yang lebih merata, dan pengawasan kualitas makanan. Integrasi ini dapat membuat program lebih efektif dan berkelanjutan. (*)
  • Bagikan