Pengamat : Pelambatan Ekonomi Akibat Melemahnya Sektor Pertanian dan Pertambangan

  • Bagikan
Direktur Kendari Pos, Irwan Zainuddin (2 dari kanan), dan Pengamat Ekonomi Sultra, Syamsul Anam, S.E.,MEC.,Dev (2 dari kiri) bersama Wakil Direktur Kendari Pos, Awal Nurjadin (kanan) dan Manajer Media Online/Medsos Kendari Pos, Yusif Herianto (kiri) usai diskusi di podcast Kendari Pos Channel, Senin (6/1/2025).

Syamsul menganalisis pelambatan ekonomi Sultra disebabkan oleh melemahnya sektor pertanian, yang selama ini menjadi sumber pertumbuhan utama. Wakil Rektor Bidang Kerja Sama, Alumni, Bisnis,Inovasi dan Dana Abadi Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) itu
menyarankan agar pemerintah mengonfirmasi kondisi tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan untuk mengidentifikasi penyebab pelambatan.

Lebih lanjut, Syamsul menyoroti rendahnya nilai tambah dari sektor pertambangan Sultra. Ekspor bahan mentah, seperti nikel, tanpa pengolahan lebih lanjut di dalam negeri, membuat sektor ini tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Meskipun sudah ada industri pengolahan nikel seperti PT.Antam dan PT.VDNI, skalanya masih belum sebanding dengan potensi sumber daya yang dimiliki Sultra. "Harusnya kita dapat nikel dengan daya saing yang lebih tinggi," kata Syamsul.

Ia menyarankan penggunaan teknologi yang lebih maju, seperti hidrometalogi, untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertambangan. Syamsul juga mengkritik pemerintah daerah yang dianggap terlalu konservatif dalam mengelola anggaran dan kebijakan, sehingga kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi.

Syamsul mencatat penurunan drastis di sektor pertanian dalam 10 tahun terakhir dan menyarankan pemerintah untuk membuat kebijakan yang mencegah perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian.

Untuk tahun 2025, Syamsul berharap pemerintah daerah definitif dapat menetapkan pondasi untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, menargetkan pertumbuhan ideal 7 sampai 8 persen. "Pemerintah harus lebih kreatif dalam mengelola sumber daya dan mengintensifkan potensi pajak yang ada," tutur Syamsul.

Ia menekankan pentingnya peningkatan belanja modal di sektor pertanian dan optimalisasi pendapatan asli daerah (PAD) melalui pajak-pajak yang belum termaksimalkan, seperti pajak air permukaan dan pajak alat berat. (ags/b)

  • Bagikan