KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Indonesia bukanlah negara agama dan sekuler ataupun membolehkan propaganda antiagama. Meski demikian, pemerintah memberi tempat terhormat bagi agama dan masyarakat Indonesia selama berabad-abad, sehingga dikenal religius. Hal tersebut disampaikan Wakil Bupati Buton Utara (Butur), Kompol (Purn) Ahali, MH., ketika memimpin upacara Hari Amal Bhakti ke-79 Kementerian Agama Republik Indonesia.
Saat membacakan sambutan Menteri Agama RI, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, ia mengingatkan kembali pidato pertama Menteri Agama RI pada 4 Januari 1946 yang menegaskan bahwa institusi tersebut membawa misi untuk memelihara dan menjamin kepentingan agama-agama serta pemeluknya. "Dalam cita kebangsaan yang berideologikan Pancasila, keberadaan Kementerian Agama merupakan jalan tengah antara teori memisahkan agama dari negara dan persatuan agama dengan negara," paparnya, akhir pekan lalu.
Peran negara melalui Kementerian Agama adalah menjaga religiusitas masyarakat, kebebasan beribadah, meningkatkan kualitas kehidupan intern dan antarumat. Diakui, dalam beberapa dekade terakhir, muncul fenomena kesenjangan antara kehidupan umat dengan ajaran agama yang dianutnya. "Setiap agama melarang korupsi, tapi praktik seperti itu masih saja terjadi. Semua agama melarang kekerasan, kebencian dan kesewenang-wenangan, namun berbagai anomali masih dijumpai di berbagai ruang kehidupan," ungkap Ahali.
Dalam hubungan ini, mendekatkan jarak psikologis dan jarak sosial antara pemeluk dan ajaran agama menjadi tolok ukur keberhasilan tugas kementerian yang amat substansial. "Semakin dekat umat dengan ajaran agamanya, itulah bukti sukses tugas. Makin jauh umat dari nilai dan moral agama, berarti tugas Kementerian Agama belum berhasil. Tantangan ini perlu disadari dan dijawab oleh segenap jajaran Kementerian Agama di seluruh Indonesia", jelasnya.
Mantan Kapolsek Kulisusu tersebut juga mengingatkan kepada seluruh pihak terutama para pimpinan di Kementerian Agama untuk tampil terdepan dalam komitmen kejujuran dan keteladanan. "Kementerian Agama ibarat kain putih bersih. Sedikit noda pun terpercik, akan tampak jelas terlihat. Seluruh unsur pimpinan dan pegawai harus menjadi contoh dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi. Untuk itu mari menjadi agen perubahan dan integritas yang mampu menjaga reputasi kementerian serta pemerintah kita," ajak Butur-2 tersebut. (c/had)