Ekonomi Sultra Diproyeksi Tumbuh 5,2 Persen

  • Bagikan
Pemprov Sultra dalam kendali Pj Gubernur Sultra Andap Budhi Revianto bersama TPID Sultra berhasil menekan laju inflasi daerah. Pj Gubernur Andap Budhi Revianto saat meninjau Gerakan Pangan Murah (GPM) sebagai salah satu langkah menekan laju inflasi.

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID -- Ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) diproyeksikan tumbuh sebesar 5,2 persen pada tahun 2025. Proyeksi itu dipaparkan Pengamat Ekonomi Sultra, Prof.Nurwati. Guru besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Halu Oleo (FEB UHO) itu menjelaskan proyeksi tersebut didasarkan pada beberapa faktor, mulai peningkatan investasi pertambangan, pertumbuhan sektor pariwisata, pengembangan sektor pertanian hingga peningkatan infrastruktur.

“Provinsi Sultra ini kaya akan sumber daya alam, terutama nikel. Peningkatan investasi di sektor ini diyakini akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi,” ujar Prof.Nurwati kepada Kendari Pos, Minggu (5/1/2025).

Selanjutnya, pertumbuhan sektor pariwisata. Menurut Prof.Nurwati, potensi wisata bahari dan budaya Sultra yang masih belum tergarap secara maksimal diprediksi akan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian daerah.

Kemudian, pengembangan sektor pertanian. Diversifikasi komoditas pertanian dan peningkatan produktivitas diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Terakhir, peningkatan infrastruktur. Prof.Nurwati menuturkan, pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan pemerintah, seperti jalan, pelabuhan, dan bandara, akan mempermudah aksesibilitas dan meningkatkan daya saing ekonomi daerah.

Meskipun demikian, Prof. Nurwati mengingatkan beberapa tantangan masih perlu diatasi untuk mencapai proyeksi tersebut. Tantangan tersebut antara lain, keterbatasan sumber daya manusia. “Perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif,” ungkap Prof.Nurwati.

Tantangan selanjutnya yakni kesenjangan ekonomi. Pemerataan pembangunan ekonomi perlu ditingkatkan agar kesejahteraan masyarakat merata di seluruh wilayah Sultra.
Yang tak kalah penting, kata Prof.Nurwati yakni, ketidakpastian global. Kondisi ekonomi global yang dinamis dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah.

"Proyeksi pertumbuhan 5,2 persen ini merupakan angka yang cukup realistis. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada upaya bersama pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada,” kata Prof.Nurwati.

Ia menambahkan pentingnya kolaborasi dan sinergisitas untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di Sultra. “Saya harap potensi ekonomi Sulawesi Tenggara di tahun ini (2025) dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutur Prof.Nurwati.

Terpisah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sultra, Doni Septadijaya, optimistis ekonomi Sultra dapat tumbuh positif pada tahun 2025. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang positif di tahun sebelumnya (2024).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Sultra pada Triwulan III 2024 tumbuh sebesar 5,4 persen year on year (yoy) atau secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi didukung oleh terjaganya ekonomi pada sektor pertanian dan perikanan, pertambangan, konstruksi, perdagangan dan industri perdagangan dan administrasi pemerintahan.

"Dan tahun 2025 lebih baik lagi, inflasi kita lihat sudah rendah, stabil, terjaga dan mudah-mudahan tahun depan sesuai dengan target pemerintah kita di angka 5 persen," ujar Doni Septadijaya.

Bank Indonesia ingin memberikan sinyal positif kepada pemerintah daerah sesuai arahan dari Presiden RI, Prabowo Subianto, untuk melakukan sinergisitas agar pertumbuhan ekonomi terus berlanjut. "Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, kita hanya di angka 5 persen saja. Harapannya bisa naik lagi dan inflasi terus terjaga dan stabil," kata Doni.

Sekedar informasi, pada 2024, sebanyak 6 lapangan usaha dengan kontribusi terbesar terhadap ekonomi, yakni pertanian, pertambangan, konstruksi, perdagangan, industri pengolahan, dan administrasi pemerintahan menunjukkan pertumbuhan positif.

Sektor pertanian dan perikanan tumbuh 4,08 persen (distribusi/dominasi 22,47 persen), pertambangan 7,77 persen (distribusi/dominasi 21,61 persen), konstruksi 1,56 persen (distribusi/dominasi 13,14 persen, perdagangan 2,26 persen (distribusi/dominasi 12,75 persen), industri pengolahan 8,82 persen (distribusi/dominasi 8,73 persen), dan adminstrasi pemerintahan 18,88 persen (distribusi/dominasi 4,67 persen).

Berdasarkan data BPS, lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah administrasi pemerintah didorong oleh kenaikan belanja pegawai (khusunya pembayaran gaji PPPK).

Selanjutnya, industri pengolahan yang didukung oleh peningkatan produksi industri logam dasar. Kemudian, peningkatan industri tekstil karena banyak event karnaval dan peringatan hari kemerdekaan RI yang mengenakan berbagai kostum, serta permintaan seragam sekolah. Terakhir pada sektor pertambangan yang didukung oleh kenaikan produksi bijih logam, aspal, dan penggalian batu. (ags/b)

  • Bagikan

Exit mobile version