Teluk Moramo jadi Kawasan Konservasi

  • Bagikan
JAGA EKOSISTEM LAUT : Peserta ekspos program Ocean for Prosperity atau Lautra foto bersama di Plazainn Hotel Kendari, Kamis (19/12).
JAGA EKOSISTEM LAUT : Peserta ekspos program Ocean for Prosperity atau Lautra foto bersama di Plazainn Hotel Kendari, Kamis (19/12).

--Strategi Menuju Ekonomi Biru

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi salah satu provinsi yang terpilih menjadi kawasan konservasi perairan. Lokasinya tepatnya berada di Teluk Moramo. Hasil konservasi ini bahkan telah dipaparkan dalam ekspos hasil program Ocean for Prosperity atau Lautra yang digelar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan dukungan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sultra Yenni Buraera menjelaskan program Lautra adalah inisiatif nasional yang dirancang untuk menciptakan kesejahteraan melalui pengelolaan berkelanjutan sumber daya laut. Program ini dibiayai oleh pendanaan hibah dan pinjaman luar negeri (PHLN) yang berlangsung selama lima tahun. Mulai dari 2023 hingga 2028.

Teluk Moramo dipilih sebagai salah satu dari 11 lokasi implementasi. Pasalnya, status Teluk Moramo sebagai kawasan konservasi yang telah ditetapkan sejak 2021. Giat ini memaparkan capaian, tantangan serta langkah strategis dalam pengelolaan kawasan konservasi untuk mendukung keberlanjutan ekosistem laut dan pengembangan ekonomi biru.

“Kegiatan Lautra meliputi pelatihan selam, monitoring biofisik ekologi ekosistem pesisir, serta patroli gabungan dengan Polairut, PSDKP, dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPS) Makassar. Semua ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir di Teluk Moramo,” ungkap Yenni kemarin.

Sejak dimulai pada pertengahan 2023, program Lautra telah mencapai beberapa kemajuan, seperti pelatihan teknis untuk pengelola kawasan konservasi, pengumpulan data ekologi, sosial, dan ekonomi, serta patroli untuk mencegah aktivitas destruktif seperti penggunaan bom ikan. Namun tantangan seperti sedimentasi dan eksploitasi ilegal masih menjadi perhatian utama.

“Kami berkolaborasi dengan masyarakat sekitar dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi,” jelasnya.

Program ini juga diharapkan dapat menghasilkan data komprehensif yang menjadi dasar evaluasi kebijakan pengelolaan ke depan. Baik pemerintah pusat maupun daerah berharap program Lautra dapat dilanjutkan di masa mendatang. “Kami sangat mengapresiasi KKP atas terpilihnya Teluk Moramo sebagai bagian dari program Lautra. Ini adalah kesempatan besar untuk meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan,” kata Yenni.

Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar Permana Yudiarso menegaskan pentingnya menjaga ekosistem laut seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun yang menjadi habitat utama ikan. Menurutnya, kerusakan ekosistem laut dapat berdampak langsung pada penurunan produktivitas perikanan dan mengganggu ketahanan pangan.

“Ekosistem ini adalah rumah bagi ikan. Jika rusak, produktivitas perikanan akan terganggu, yang pada akhirnya memengaruhi suplai pangan dan potensi inflasi,” ujar Permana.

Ia menekankan kawasan konservasi seperti Teluk Moramo yang berada di perairan Laut Banda merupakan lokasi penting untuk perlindungan habitat bertelur dan migrasi ikan.

“Melalui program Lautra, Teluk Moramo diharapkan dapat menjadi model pengelolaan kawasan konservasi yang mendukung ekonomi biru dan keberlanjutan ekosistem laut,” pungkasnya. (b/rah)

  • Bagikan

Exit mobile version