Dedikasi dr.Putu Mengubah Takdir Pasien Terkasih

  • Bagikan
FOTO: MUH.ABDI ASMAUL/ KENDARI POS/ Direktur RS Jiwa Prov. Sultra, DR. dr. Putu Agustin Kusumawati, M.Kes. (tengah), Wadir Kendari Pos Awal Nurjadin (dua dari kiri) bersama jajaran Manajemen Kendari Pos foto bersama usai podcast di kanal youtube Kendari Pos Channel, Kamis (19/12).
FOTO: MUH.ABDI ASMAUL/ KENDARI POS/ Direktur RS Jiwa Prov. Sultra, DR. dr. Putu Agustin Kusumawati, M.Kes. (tengah), Wadir Kendari Pos Awal Nurjadin (dua dari kiri) bersama jajaran Manajemen Kendari Pos foto bersama usai podcast di kanal youtube Kendari Pos Channel, Kamis (19/12).

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Rumah Sakit Jiwa Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami berbagai transformasi signifikan di bawah kepemimpinan DR. dr. Putu Agustin Kusumawati, M.Kes. Direktur RS Jiwa perempuan pertama menunjukkan ketangguhannya memimpin. dr. Putu menunaikan peran sebagai seorang ibu, abdi negara, dan pemimpin rumah sakit.

Menurutnya, manajemen waktu yang efektif adalah kunci untuk menjalankan 2 peran besar tersebut. “Sebagai pimpinan, manajemen pekerjaan sangat penting. Saya memberikan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing pegawai, kemudian mengawas tugas yang telah diberikan,” ujar dr.Putu dalam diskusi podcast Kendari Pos Channel yang dipandu Wakil Direktur Kendari Pos, Awal Nurjadin, Kamis (19/12/2024).

Namun, tantangan besar yang dihadapi bukan hanya sekedar manajemen waktu. Sebagai seorang Direktur, Dr. Putu menghadapi kendala dalam mengubah sistem yang sudah terlanjur tidak teratur. Salah satu tantangan besar yang dihadapinya adalah masalah standar operasional prosedur (SOP) yang tidak berjalan dengan baik.

“Yang berat saya rasakan adalah mengubah sistem yang tadinya tidak teratur dan SOP yang tidak dijalankan dengan baik. Itu membuat kami merevisi kembali SOP dan kami siap maju untuk dinilai oleh lembaga independen. Kami siap untuk diakreditasi, namun di tahun yang sama, rumah sakit jiwa masih dalam tahap pembangunan. Tetapi berkat usaha yang telah kami lakukan, akhirnya kami berhasil mendapatkan hasil yang paripurna,” ungkap dr.Putu.

Salah satu perhatian utama yang dipegang oleh dr. Putu adalah kondisi pasien yang terabaikan di RS Jiwa. “Hal pertama yang saya perhatikan adalah pasien-pasien yang terlantar. Ada yang memang tidak memiliki identitas, ada yang sengaja ditelantarkan oleh keluarganya, dan ada juga yang terlantar karena ketidakmampuan keluarga,” jelasnya.

Tak hanya itu, dr. Putu juga mengganti istilah ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dengan sebutan Terkasih (Terlantar karena Jiwanya Tersisih). Sebutan tersebut bertujuan untuk lebih memanusiakan dan memberi perhatian yang lebih kepada pasien.

Saat ini, RS Jiwa Sultra merawat 114 pasien dengan status terkasih. Sebagian dari mereka belum dijemput keluarganya. “Kami memahami bahwa banyak keluarga yang tidak memiliki informasi akurat. Kebanyakan berpikir bahwa pasien rumah sakit jiwa akan selamanya berada di sini. Padahal, kami di RS Jiwa ini tidak hanya memberikan penyembuhan dan terapi, tetapi juga rehabilitasi. Setelah pasien mampu kembali bersosialisasi, kami akan mengembalikannya kepada keluarga,” tutur dr.Putu.

Oleh karena itu, untuk mempermudah keluarga dalam mengikuti perkembangan pasien, pihak RS Jiwa menyediakan modul laporan melalui aplikasi Durawater care, yang berisi catatan perkembangan pasien, jadwal kontrol, serta obat yang harus dikonsumsi.

“Laporan ini diunggah di aplikasi Durawatercare, sehingga keluarga bisa lebih mudah memantau kondisi pasien. Selain itu, kami juga terus memantau pasien dan melakukan evaluasi setiap bulannya,” tutur dr. Putu.

Ia menekankan pentingnya peran keluarga dalam mendukung kesembuhan pasien.
"Peran keluarga sangat penting untuk memastikan pasien terkasih tidak kembali jatuh ke lubang yang sama," tambahnya.

RS Jiwa Sultra juga bekerja sama dengan dinas sosial untuk membuka rumah singgah bagi pasien yang tidak memiliki keluarga.

Selain itu, dr. Putu juga mengingatkan kepada keluarga untuk berhenti menggunakan pasung terhadap orang Terkasih yang mengalami gangguan jiwa. "Pasung itu tidak hanya melukai fisik, tetapi juga mental. Penyakit jiwa bisa disembuhkan dengan perawatan yang tepat dan pengobatan di rumah sakit jiwa," tegasnya.

Saat ini, RS Jiwa Sultra tidak hanya memberikan layanan untuk kejiwaan tetapi juga memberikan layanan fisioterapi, serta memiliki spesialisasi dalam bidang gigi, penyakit dalam, dan saraf.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan, dr. Putu mengungkapkan program unggulan untuk tahun 2025, yaitu rehabilitasi NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). "Kami sedang membangun ruangannya untuk mendukung program rehabilitasi NAPZA, yang akan menjadi salah satu layanan unggulan rumah sakit kami," jelasnya.

dr. Putu mengimbau kepada masyarakat apabila dilingkungannya terdapat orang Terkasih, untuk segera membawa ke RS Jiwa, agar mereka mendapatkan layanan yang optimal.
“Kami siap melayani dengan paripurna dan memberikan layanan terbaik bagi masyarakat,” tutupnya. (m1/b)

  • Bagikan