--Prevalensi Stunting Turun Diangka 10,2 Persen
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Penanganan stunting di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terbilang sukses. Tahun 2024, prevalensi stunting menurun signifikan diangka 10,2 persen per November 2024 dibandingkan data Januari 2024 yang berada di angka 10,5 persen. Bahkan jika dibandingkan data tahun 2023, prevalensi stunting masih berada diangka 30 persen.
Hal itu Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) Dinas Kesehatan Sultra. Penurunan prevalensi stunting itu merupakan ikhtiar menciptakan generasi tumbuh sehat.
“Alhamdulillah, saat ini prevalensi stunting di Sultra terus menunjukkan penurunan. Beragam langkah intervensi terus kami lakukan demi menekan angka stunting di wilayah ini,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Sultra, Hj. Usnia, kepada Kendari Pos, Rabu (18/12/2024).
Menurut Hj.Usnia, keberhasilan ini tidak terlepas dari kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat yang aktif berperan dalam pengukuran dan pelaporan data gizi di Pos Pelayanan Terpadu (posyandu). Data ini diperoleh melalui pengukuran yang dilakukan secara sistematis menggunakan sistem EPPGBM di seluruh posyandu di Sultra.
Penurunan angka stunting di Sultra ini menjadi capaian positif, terutama jika dibandingkan dengan data tiga tahun terakhir. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Sultra tercatat sebesar 30,2 persen pada 2021, menurun menjadi 27,6 persen pada 2022.
Namun, pada 2023 angka ini sempat meningkat menjadi 30 persen berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI). "Dengan penurunan signifikan ke angka 10,2 persen pada 2024 berdasarkan data e-PPGBM, Sultra kini berada di bawah target nasional sebesar 14 persen pada 2024," papar Hj.Usnia.
Penurunan prevalensi stunting di Sultra ini merupakan hasil dari berbagai program intervensi yang dilakukan oleh Pemprov Sultra melalui Dinas Kesehatan dan instansi terkait lainnya. Beberapa langkah strategis yang telah dilakukan meliputi, peningkatan akses gizi. Pemerintah daerah bekerja sama dengan posyandu untuk meningkatkan akses terhadap makanan bergizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. "Penyediaan makanan tambahan dan vitamin terus dilakukan secara rutin di Posyandu," tutur Hj.Usnia.
Selanjutnya, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang diberikan secara intensif. Selain itu, pelatihan untuk kader posyandu juga menjadi prioritas agar mereka mampu memberikan informasi dan layanan kesehatan yang tepat.
Pemantauan dan pelaporan berbasis teknologi, dengan penggunaan e-PPGBM mempermudah pemantauan status gizi balita di Sultra." Data yang terkumpul melalui sistem ini menjadi dasar untuk melakukan intervensi lebih lanjut secara terukur," ungkap Hj.Usnia.
Dengan capaian prevalensi stunting sebesar 10,2 persen, Sultra menjadi salah satu daerah yang berhasil melampaui target nasional sebesar 14 persen pada 2024. Hal ini membuktikan bahwa kerja keras dari berbagai pihak di tingkat daerah mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan angka stunting. Meski demikian, Sultra tak boleh berpuas diri, tantangan ke depan masih ada.
“Meskipun kita telah berhasil mencapai angka yang menggembirakan, kita tidak boleh lengah. Program-program intervensi harus terus dilakukan secara konsisten agar angka stunting dapat terus ditekan hingga ke titik terendah,” tegas Hj.Usnia.
Sekedar informasi, prevalensi stunting di Sultra berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yakni Buton 37,2 persen, Muna 29,2 persen, Konawe 27,8 persen, Kolaka 23,8 persen dan Konawe Selatan 33,6 persen.
Selanjutnya, Bombana 30,4 persen, Wakatobi 31,9 persen, Kolaka Utara 31,8 persen, Buton Utara 33,9 persen, Konawe Utara 24,7 persen, Kolaka Timur 31,3 persen. Konawe Kepulauan 31,3 persen dan Muna Barat 24,4 persen. Kemudian Buton Tengah 36,8 persen, Buton Selatan 37,1 persen, Kota Kendari 25,7 persen, Kota Baubau 29,7 persen dan Provinsi Sultra 30,0 persen. (rah/ags/b)