KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Seiring perkembangan zaman, Konsep pertanian turut mengalami perubahan. Praktik pertanian tradisional perlahan mulai digabungkan dengan teknologi informasi. Di Sulawesi Tenggara (Sultra), program yang dikenal dengan Smart Farming telah berjalan selama lima tahun. Ini merupakan program Rural Economic Development through South East Asia (REDSEA) yang diluncurkan Kementerian Pertanian (Kementan).
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distannak) Sultra La Ode Muhammad Rusdin Jaya mengungkapkan program ini bertujuan untuk mengembangkan sektor pertanian dengan memperkenalkan teknologi pertanian modern. Penerapan smart farming dilakukan secara bergilir di beberapa kabupaten di Sultra, dengan fokus pada pengenalan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan modern.
"Tahun ini, merupakan tahun terakhir. Kami telah melakukan pendampingan terhadap beberapa kelompok tani di Kolaka dan Kolaka Utara (Kolut) dengan memperkenalkan model pemanfaatan lahan yang mengusung konsep smart farming dan integrated farming," jelasnya kemarin.
Dalam konsep ini lanjutnya, perani tidak hanya menanam satu komoditas, tetapi menggabungkan beberapa jenis tanaman dalam satu lahan. Misalnya menanam padi dan sayuran. Dalam satu area yang sama, terdapat hortikultura dan tanaman pangan. Teknologi yang digunakan cukup sederhana, tetapi sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas.
"Kami menggunakan teknologi berbasis Internet ot Things (IoT). Seperti penggunaan sensor kelembapan tanah, sistem irigasi tetes otomatis, serta analisis data berbasis digital. Teknologi ini sangat berguna untuk memonitor kondisi tanah dan tanaman secara real-time, dan membantu petani mengatur penggunaan air dan pupuk dengan lebih efisien," jelasnya.
Program smart farming kata dia, juga mengedepankan prinsip pertanian berkelanjutan dengan pendekatan organik. "Kami terus mendorong penggunaan pupuk organik, karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan itu akan berdampak buruk bagi kesehatan tanah dan lingkungan serta tanaman yang dihasilkan tidak memiliki gizi dan berpotensi mengandung racun," katanya.
Rusdin Jaya menambahkan program smart farming ini berhasil memberikan dampak positif bagi petani yang menerapkannya.
"Dari hasil pendampingan, produksi cukup baik dan tanaman yang dihasilkan juga lebih sehat karena menggunakan pupuk organik. Tak hanya itu, petani yang terlibat dalam program ini juga sudah mulai memanfaatkan hasil olahan dari tanaman. Yang pastinya, hasilnya memiliki nilai jual lebih tinggi," tambahnya.
Ia berharap agar program ini dapat berlanjut dan terus memberikan manfaat bagi petani. Di sisi lain, kelompok tani yang didampingi dapat menularkan pengetahuan kepada kelompok tani lainnya.
"Mudah-mudahan pendampingan yang telah kami lakukan bermanfaat bagi kelompok tani. Selain itu kami juga berharap agar program ini berlanjut kembali, karena sangat bermanfaat bagi pengembangan pertanian," tutupnya. (b/m1)