--Curah Hujan Berpotensi Picu Bencana Hidrometerologi
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Curah hujan pada periode musim penghujan kali ini terbilang tinggi. Tingginya curah hujan di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) dipengaruhi dinamika atmosfer. Baik global, regional, maupun lokal. Salah satunya fenomena La Nina. Iklim global ini muncul ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur lebih dingin dari biasanya.
Kepala Stasiun Klimatologi Sultra Aris Yunatas mengatakan fenomena La Nina memicu peningkatan curah hujan. Jika intensitas hujan terus meningkat, bisa berpotensi menyebabkan bencana hidromotereologi seperti banjir dan tanah longsor. Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), La Nina terjadi pada November 2024 hingga April 2025.
"Fenomena La Nina ini sangat dominan mempengaruhi curah hujan. Namun untuk sekarang ini, status La Nina masih dalam fase lemah dengan suhu berada di bawah minus 0,5 derajat celsius. Kendati demikian, masyarakat harus tetap waspada. Sebab bencana hidrometereologi sewaktu-waktu bisa mengacak," warning Aris Yunatas kepada Kendari Pos kemarin.
Tidak hanya La Nina, fenomena regional turut memicu meningkatkan curah hujan. Tangkapan satelit BMKG memantau adanya pola angin monsun Asia. Monsun Asia ini berhembus dari arah barat hingga barat laut, berasal dari Benua Asia menuju Benua Australia melewati wilayah Indonesia.
"Secara umum, sifat musim hujan di Sultra diprediksi berada di atas normal. Artinya, frekuensi curah hujan diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan biasanya. Untuk periode 2024-2025, sebagian besar wilayah diperkirakan mengalami musim hujan yang lebih intens, sementara hanya beberapa daerah yang diprediksi akan mengalami curah hujan normal," jelasnya.
Diprediksi, musim hujan di Sultra diperkirakan akan berlangsung hingga Juni 2025. Namun puncak musim hujan di tiap wilayah berbeda-beda. Desember, sebagian besar Kota Bau Bau, sebagian Buton, sebagian Buton Selatan (Busel) sebagian Buton Tengah (Buteng) sebagian kecil Buton Utara (Butur), sebagian kecil Muna dan Wakatobi sudah memasuki puncak musim hujan.
"Kalau Kota Kendari, puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Mei 2025. Selain Kendari, sebagian Bombana, sebagian besar Kolaka, sebagian Kolaka Timur (Koltim), sebagian Kolaka Utara (Kolut), sebagian Konawe, Konawe Kepulauan (Konkep), sebagian besar Konawe Selatan (Konsel) dan sebagian kecil Konawe Utara (Konut) bersamaan mengalami puncak musim penghujan," rinci Aris Yunatas.
Dengan potensi curah hujan yang tinggi, ia mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometereologi. Di sisi lain, pemerintah daerah juga diharapkan meningkatkan kesiapsiagaan dan koordinasi dalam menghadapi musim hujan yang diperkirakan cukup ekstrem tahun ini. (b/m1)