--Menko Airlangga Apresiasi Investasi PMDN Ceria Group di Hilirisasi Nikel
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Investasi PT.Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group) mendukung hilirisasi nikel yang dicanangkan pemerintah. Langkah nyata PT.Ceria itu diapresiasi Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Sebagai perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Ceria Group yang berstatus sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Objek Vital Nasional (Obvitnas) saat ini sedang dalam tahap akhir commissioning Smelter ‘Merah Putih’ Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan persiapan konstruksi High-Pressure Acid Leach (HPAL) di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka. PT. Ceria sedang membangun smelter RKEF yang nantinya akan menghasilkan green nickel product atau penambangan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Kita mengapresiasi PT.Ceria Nugraha Indotama dalam hilirisasi nikel apalagi ini PMDN. PT. Ceria sedang membangun smelter RKEF yang nantinya akan menghasilkan green nickel product, dan HPAL kedepannya. Tentu ini membanggakan,” kata Menko Airlangga pada gelaran Indonesia Mining Summit (IMS) 2024 di Hotel Mulia Jakarta, baru-baru ini.
Menurut Menko Airlangga, menyoroti pentingnya penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam pengembangan investasi hilirisasi di tanah air.
"Pembangunan harus menerapkan prinsip ramah lingkungan, kesesuaian terhadap regulasi, serta prioritas penggunaan tenaga kerja lokal secara bertahap. Transfer teknologi dan upaya peningkatan kapasitas masyarakat lokal merupakan faktor yang ditekankan pemerintah dalam setiap investasi," tambah Menko Airlangga.
Dalam gelaran IMS 2024, Menko Airlangga mengunjungi booth Ceria Group. Kunjungan ini disambut CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata. Menariknya, booth Ceria Group juga menampilkan berbagai produk hasil UMKM dari masyarakat lingkar tambang.
“UMKM ini merupakan bagian dari program binaan Ceria Group, yang bertujuan untuk mendukung pemberdayaan ekonomi lokal dan menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi komunitas sekitar,” ujar Derian kepada Menko Airlangga.
Derian menegaskan sebagai PMDN dan PSN, Ceria Group telah menetapkan roadmap untuk menjadi pemain global industri nikel dan EV battery material producer. “Untuk memenuhi standar pasar internasional, Ceria Group siap menghasilkan green nickel product yang disokong dengan energi bersih,” ungkapnya.
Derian juga menjelaskan Ceria Group telah mendapatkan Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN, di mana pasokan listrik yang digunakan smelter Ceria Group 100 persen menggunakan energi bersih dan terbarukan.
"Saat ini aliran listrik bersih PLN yang bersumber dari PLTA sudah energize. Selain itu, Kapal Pembangkit Listrik Terapung atau Barge Mounted Power Plant (BMPP) Nusantara II sudah berada di Pelabuhan Ceria Group dan sudah siap memasok listrik ke Smelter 'Merah Putih' yang akan segera beroperasi. BMPP Nusantara II-60MW ini menggunakan 100% bahan bakar gas dengan kapasitas 60 MW,” jelas Derian.
Smelter Pertama di Indonesia yang Terintegrasi
CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata mengungkapkan Smelter ‘Merah Putih’ Ceria Group yang siap beroperasi menggunakan teknologi mutakhir RKEF dan memiliki salah satu tungku terbesar di Indonesia sebesar 72 MVA. Tungku ini berfungsi untuk mengolah bijih nikel saprolite yang menghasilkan output feronikel dengan kadar nikel sebesar 22 persen.
Dengan teknologi canggih seperti RKEF untuk produksi Ferronickel (FeNi) dan Nickel Matte Converter, serta High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), Ceria Group berperan aktif dalam menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tambah tinggi.
"Smelter ‘Merah Putih’ Ceria Group akan menjadi smelter pertama di Indonesia yang terintegrasi, di mana pasokan bijih nikel dan kegiatan pengolahan pemurnian terjadi di dalam kawasan IUP PT.Ceria Nugraha Indotama," jelas Derian.
Adapun smelter ini dirancang dengan standar keberlanjutan yang tinggi, sehingga dipastikan bahwa setiap tahap proses produksi memperhatikan kaidah ESG. Dengan teknologi modern yang digunakan, smelter ini mampu meminimalkan emisi dan limbah, serta mengelola sumber daya alam dengan efisien. "Ini sejalan dengan visi Ceria Group untuk menjadi pelopor dalam industri nikel yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Indonesia," tambah Derian.
Menurutnya dengan adanya Smelter ‘Merah Putih’, PT.Ceria tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global, tetapi juga memastikan bahwa seluruh manfaat dari pengembangan sumber daya nikel dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
“Kami bangga menjadi bagian dari upaya nasional untuk meningkatkan nilai tambah dan mengembangkan industri dalam negeri yang mandiri dan berdaya saing tinggi di pasar global," kata Derian.
Keunggulan Smelter ‘Merah Putih’ yang paling utama adalah seluruh rantai industri mulai dari penambangan bijih nikel hingga pemurnian dan produksi bahan baku untuk baterai prosesnya terjadi di dalam negeri. Dalam konteks ini, Ceria Group tidak hanya meningkatkan nilai tambah mineral di Indonesia, tetapi juga mendukung sirkulasi ekonomi lokal secara lebih luas.
“Ceria merupakan perusahaan dengan penanaman modal dalam negeri. Ini berarti seluruh nilai tambah dari kegiatan produksi akan tetap berada di Indonesia, sehingga berkontribusi langsung pada perekonomian nasional,” ujar Derian.
PT.Ceria Mendukung Program Hilirisasi Komoditas
Sementara itu, Corporate Secretary Ceria Group, Imelda Kiagoes, menegaskan komitmen Ceria dalam mendukung program hilirisasi komoditas yang dicanangkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto.
“Ceria Group berfokus pada pengembangan hilirisasi melalui downstream processing. Dengan pertumbuhan organik yang kami rencanakan selama 5 tahun ke depan, arah kami menuju produksi pCAM atau precursor battery sebagai material utama kendaraan listrik (EV)," ujarnya.
"Hal ini sejalan dengan program pemerintah, sehingga kami sangat mengharapkan dukungan penuh dari pemerintah untuk merealisasikan visi ini. Keberlanjutan pertambangan juga menjadi fokus Ceria Group untuk memastikan sumber daya dan cadangan nikel terus berlanjut lebih dari 20 tahun kedepan,” sambung Imelda Kiagoes.
Imelda menambahkan pengembangan proyek Ceria Group dalam mengurangi emisi karbon mengacu pada kerangka Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) 50. “Sebagai bagian dari rencana ini, PT PLN melalui anak perusahaannya, PLN Batam, akan membangun Pembangkit Listrik Terpadu (Integrated Power Plant) di area Ceria, tepatnya di ITC POCI (Integrated Temporal Capacity Pomalaa Ceria)," tuturnya.
Imelda Kiagoes menjelaskan pembangkit listrik berbasis mesin gas (Gas Engine Power Plant) tersebut direncanakan memiliki total kapasitas sebesar 200 MW dan ditargetkan mulai konstruksi pada tahun 2025. "Beberapa relokasi Gas Engine Power Plant ke area Ceria sebesar 34 MW dan 2 x 25 MW. Sumber Green Energy Footprint ini sebagai tambahan dari 352 MW yang telah ditandatangani dengan PLN,” tambahnya.
Inisiatif ini mendukung kebutuhan energi proyek hilirisasi Ceria Group dan menjadi tonggak penting dalam pengembangan infrastruktur energi yang efisien dan ramah lingkungan di kawasan tersebut. “Dalam operasi kami, Ceria berkomitmen penuh untuk menjalankan prinsip ESG dan mematuhi semua aturan internasional termasuk dengan peraturan Inflation Reduction Act(IRA),” tandas Imelda Kiagoes. (rls)