November, Nilai Tukar Petani Turun

  • Bagikan
foto IST
foto IST

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami penurunan pada November 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra, NTP mengalami penurunan sebesar 0,63 persen dibandingkan Oktober 2024 yaitu dari 114,21 menjadi 113,48.

Plt Kepala BPS Sultra Surianti Toar menjelaskan penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sedalam 0,28 persen. Sementara indeks harga yang dibayarkan petani naik sebesar 0,36 persen.

“Terdapat lima komoditas dominan yang berkontribusi terhadap penurunan indeks yang diterima oleh petani, di antaranya nilam, gabah, bandeng payau, lada/ merica, dan jagung,” ujarnya kemarin. Penurunan NTP yang terjadi pada bulan November 2024 ini dipengaruhi oleh turunnya NTP pada dua subsektor pertanian. Penurunan terdalam yaitu tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 1,30 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,89 persen, sementara indeks harga yang dibayarkan petani naik sebesar 0,42 persen.

Komoditas yang mempengaruhi penurunan indeks pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sambungnya, antara lain nilam, lada dan kelapa sawit. Penurunan harga pada komoditas- komoditas tersebut menunjukkan adanya fluktuasi pasar yang dapat mempengaruhi pendapatan petani secara keseluruhan.

“Kami mengimbau petani untuk lebih memperhatikan kondisi pasar dan memanfaatkan informasi terkini agar dapat mengurangi dampak penurunan ini,” tambahnya.

Selain subsektor tanaman perkebunan rakyat, subsektor lain seperti subsektor tanaman pangan juga mengalami penurunan sebesar 0,74 persen. Penurunan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,44 persen, sedangkan indeks harga yang dibayarkan mengalami peningkatan sebesar 0,31 persen.

“Meskipun kedua subsektor tersebut mengalami penurunan, terdapat beberapa subsektor yang mengalami peningkatan. Mulai subsektor hortikultura sebesar 1,16 persen, subsektor perikanan 0,91 persen, dan subsektor peternakan sebesar 0,44 persen,” ujarnya.

Kondisi ini harus menjadi perhatian bersama agar para petani tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga dapat berkembang di tengah dinamika pasar yang ada. “Dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, petani di Sultra akan mampu mengatasi tantangan ini dan terus berkontribusi terhadap ketahanan pangan daerah,” yakin Surianti. (b/ m1)

  • Bagikan