Kendari Alami Deflasi 0,17 Persen

  • Bagikan
Pekerja memikul karung beras di gudang logistik Bulog, Kelurahan Punggaloba. Perum Bulog Sultra menyebutkan ketersediaan stok beras jelang akhir tahun 2024 mencapai angka 25.500 ton, yang terdiri dari beras premium dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP), yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat hingga triwulan pertama 2025.
Pekerja memikul karung beras di gudang logistik Bulog, Kelurahan Punggaloba. Perum Bulog Sultra menyebutkan ketersediaan stok beras jelang akhir tahun 2024 mencapai angka 25.500 ton, yang terdiri dari beras premium dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP), yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat hingga triwulan pertama 2025.

--Daya Beli Masyarakat Menurun

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Kota Kendari kembali mengalami deflasi pada periode Oktober 2024, mencapai 0,17 persen. Ini merupakan deflasi keempat kalinya secara berturut turut.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kendari Sultriawati Effendy mengungkapkan kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi penyumbang utama deflasi sebesar 0,65 persen diikuti oleh pakaian dan alas kaki 0,39 persen, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 0,09 persen, serta kelompok transportasi 0,14 persen. Selain itu, terdapat sektor perikanan dan 10 Komoditi penyumbang deflasi di Kota Kendari.

"Kalau kita lihat di Kota Kendari, sektor perikanan berkontribusi terhadap deflasi. Sepuluh komoditi penyumbang deflasi di bulan Oktober adalah bahan bakar, sayur, beras, cabai rawit, jagung manis, bawang putih dan ikan tongkol," jelas Sultriawati kemarin.

Kondisi ini (deflasi) kata Sultriawati, tentu berdampak terhadap kondisi perekonomian daerah. Sebab inflasi yang tinggi maupun deflasi terdalam berdampak pada perekonomian. Idealnya, inflasi berada di angka moderat yakni +-2,5 persen.

"Deflasi sebenarnya berarti perekonomian kita kurang baik, daya beli masyarakat rendah. Penyebabnya perlu kajian yang lebih mendalam," ungkapnya.

Sultriawati menyebutkan salah satu penyebab daya beli masyarakat rendah adalah kemungkinan adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pengangguran dan faktor lain.

"Deflasi juga berdampak pada petani, karena harga produsen menjadi rendah. Harga jual dari produsen ke distributor, lalu distributor ke konsumen, menjadi rendah. Kalau sudah rendah di tingkat konsumen, pasti berdampak ke petani. Meskipun harga murah, secara perekonomian merugikan petani," pungkasnya. (c/ags)

  • Bagikan