KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kendari mengeluarkan rilis indeks inflasi September 2024. Hasilnya, Kendari menunjukkan deflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,29 persen. Namun, inflasi year to date (y-to-d) tetap tercatat sebesar 0,61 persen.
Rapat rilis ini dihadiri oleh perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemkot Kendari di aula kantor BPS Kota Kendari, kemarin.
Deflasi m-to-m menunjukkan adanya penyesuaian harga dalam jangka pendek yang dapat memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen. Sementara itu, inflasi y-to-d memberikan gambaran tentang kecenderungan harga secara keseluruhan sejak awal tahun.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang), Abdul Rauf mengungkapkan, Kota Kendari mengalami inflasi year on year (y-o-y) mencapai 0,99 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di angka 105,85.
"Angka ini sebenarnya menjadi sorotan penting bagi masyarakat dan kita selaku pemangku kebijakan dalam memahami dinamika ekonomi daerah," ungkap Abdul Rauf.
"Intinya pemerintah akan selalu hadir untuk mengendalikan inflasi daerah. Banyak program seperti pelaksanaan gerakan pangan," tambahnya.
Sekedar informasi, berdasarkan data BPS, kenaikan inflasi ini tidak terjadi secara merata di semua kelompok pengeluaran. Laporan BPS menunjukkan kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami peningkatan signifikan sebesar 2,97 persen. Hal ini mengindikasikan kebutuhan dasar masyarakat mengalami tekanan harga, yang tentu berdampak langsung pada daya beli konsumen.
Selain itu, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi sebesar 3,74 persen. Menandakan bahwa masyarakat semakin berinvestasi dalam kualitas hidup dan hiburan, meskipun harga yang harus dibayar semakin tinggi.
Kelompok pendidikan juga mengalami kenaikan, meski tidak setinggi kelompok lainnya, yaitu sebesar 1,52 persen. Ini bisa dilihat sebagai refleksi dari pentingnya pendidikan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Di sisi lain, kelompok penyediaan makanan dan minuman/ restoran mencatat inflasi sebesar 2,33 persen, menandakan bahwa industri kuliner masih berkembang meskipun ada tantangan harga. Namun, tidak semua sektor mengalami kenaikan. Beberapa kelompok pengeluaran menunjukkan penurunan indeks.
Kelompok pakaian dan alas kaki mencatatkan penurunan sebesar 3,08 persen, sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi sebesar 0,68 persen. Penurunan ini bisa diartikan sebagai upaya untuk menyesuaikan harga agar tetap terjangkau bagi masyarakat, terutama di tengah situasi ekonomi yang penuh tantangan. (b/ags)