KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Kota Kendari baru-baru ini menyelenggarakan kegiatan Sekolah Kebangsaan di Aula Bahtria, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO). Kegiatan ini bertujuan mengedukasi pemilih pemula mengenai literasi digital dan meningkatkan kesadaran akan bahaya informasi hoaks, terutama menjelang Pemilu yang semakin dekat.
Program ini merupakan bagian dari kampanye Tular Nalar yang didukung oleh Love Frankie dan Google. org. Melalui Sekolah Kebangsaan, Mafindo berupaya memberdayakan generasi muda agar dapat memilah dan memahami informasi dengan lebih kritis di era digital yang dipenuhi konten manipulatif.
Sebanyak sepuluh fasilitator berpengalaman terlibat dalam kegiatan ini, termasuk Jumranah, Cecep Ibrahim, Marsia Sumule Genggong, M. Djufri Rahim, Rahmawati, Wahyudin Saputra, Wa Ode Nila Farlin, M. Ricky Ramadhan R, Deprianus, dan Chofifah Destriana. Para fasilitator ini telah mengikuti pelatihan dari Mafindo pusat dan siap membimbing peserta dalam memahami metode penyaringan informasi.
Penanggung jawab acara, Fera Tri Susilawaty, menekankan pentingnya literasi digital bagi pemilih pemula untuk melindungi diri dari hoaks. “Kegiatan ini kami desain untuk mengadvokasi pemilih pemula agar mereka tidak mudah terpapar hoaks. Kami ingin agar mereka dapat menyaring informasi yang diterima sehingga bisa memilih dengan tepat,” ujar Fera.
Dalam sesi kegiatan, peserta dibagi ke dalam kelompok kecil untuk berdiskusi mengenai berbagai topik penting, seperti pemilu, demokrasi, dan teknik mengenali hoaks. Peserta juga mendapatkan pelatihan dasar pengecekan fakta menggunakan beberapa alat bantu yang dipandu langsung oleh para fasilitator.
Dekan FISIP UHO, Prof. Dr. Eka Suaib, M.Si, turut hadir dan menyoroti betapa sulitnya membedakan antara berita yang benar dan hoaks, terutama pada masa politik. “Setiap pilkada, kita dapat melihat banyaknya informasi yang hampir tidak bisa dibedakan mana berita benar dan mana berita tidak benar,” ungkap Eka Suaib.
Lebih lanjut, Prof. Eka Suaib menyoroti peran besar platform digital, seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, dalam membentuk opini publik terkait caloncalon pemimpin. Menurutnya, informasi yang berulang kali muncul di media sosial berpotensi memengaruhi pandangan pemilih, meskipun tidak selalu akurat. “Pertarungan politik saat ini sering kali tidak menggambarkan kenyataan se`benarnya, karena berita yang disampaikan melalui media sosial sering kali sudah direkonstruksi untuk tujuan tertentu,” tambahnya.
Sekolah Kebangsaan ini merupakan kelanjutan dari program serupa yang telah diselenggarakan di beberapa lokasi di Kendari, termasuk SMA 4 Kendari, SMA 1 Wawotobi, dan FISIP UHO. Selain itu, Mafindo juga mengadakan Akademi Digital Lansia (ADL) sebagai bagian dari program Tular Nalar yang bertujuan meningkatkan literasi digital bagi kelompok lanjut usia agar lebih siap menghadapi arus informasi yang semakin deras.
Melalui inisiatif Sekolah Kebangsaan dan Akademi Digital Lansia, Mafindo berharap dapat memperkuat kemampuan masyarakat dalam menyaring informasi sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hoaks.
“Kami berharap para peserta tidak hanya berhenti di sini, tetapi juga meneruskan ilmu yang mereka dapatkan kepada orang-orang di sekitarnya. Dengan begitu, semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya literasi digital dan dapat membedakan antara informasi yang benar dan hoaks,” tutup Fera. (m2/b)