--September, Produksi Beras Capai 317 Ribu Ton
KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Meski Indonesia tengah menghadapi ancaman serius El Nino, Sulawesi Tenggara (Sultra) justru mencatatkan prestasi luar biasa dalam sektor pertanian. Produksi beras Sultra berhasil mencapai angka 317,56 ribu ton hingga September 2024, meningkat signifikan sekitar 42,25 ribu ton dibandingkan tahun 2023.
Diproyeksikan, produksi beras hingga akhir Desember 2024 diperkirakan mencapai 552,87 ribu ton. Capaian ini menjadikan Sultra berada di peringkat keempat nasional dalam peningkatan produksi beras.
Penjabat Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto mengapresiasi pencapaian itu. Angka Sementara Kerangka Sampel Area (ASEM KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka produksi beras Sultra 2024 lebih tinggi dari tahun 2023. Berdasarkan rilis BPS, Sultra pada peringkat ke-4 untuk peningkatan produksi tertinggi secara nasional.
“Sebuah keberhasilan akan tercapai jika diawali dengan perencanaan yang baik. Kita harus belajar dari pengalaman tahun - tahun sebelumnya. Ke depan Pemprov Sultra akan terus meningkatkan kinerja untuk mengatasi setiap tantangan yang dihadapi petani. Dengan kerjasama yang solid, kita berhasil mempertahankan surplus beras di tengah ancaman kekeringan akibat El Nino,” ujarnya kemarin.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distannak) Sultra La Ode Muhammad Rusdin Jaya mengungkapkan telah melakukan langkah teknis dan antisipasi dini untuk memastikan petani dapat bertahan menghadapi dampak perubahan iklim (DPI) termasuk El Nino.
“Secara teknis, langkah solutif menghadapi El Nino dengan mengatur pola tanam. Pengaturan pola tanam perlu mempertimbangkan kondisi kesehatan tanah, iklim dan aspek irigasi. Pemilihan varietas padi sangat penting agar sesuai dengan kondisi ketersediaan air,” jelas La Ode Muhammad Rusdin Jaya kemarin.
Selanjutnya, memberikan bimbingan kepada petani untuk tidak memaksakan diri menanam tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Petani disarankan untuk mengadopsi pola dan strategi tanam yang sesuai dengan kondisi tanah kering.
Langkah solutif lainnya kata dia, dengan menggunakan teknologi dan menggunakan informasi stasiun BMKG, optimalisasi bantuan pompanisasi, rehabilitasi saluran irigasi, serta memberikan benih padi anti kekeringan.
“Petani diberikan edukasi secara intens bahwa pola tanam dapat diterapkan secara baik dan tepat serta memberikan hasil yang maksimal sangat tergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanah, ketersediaan air, pemeliharaan dan lain sebagainya,” paparnya. (b/rah)