Tokoh Sultra Tak MasukKabinet

  • Bagikan
lantik: Presiden RI, Prabowo Subianto melantik anggota Kabinet Merah Putih masa jabatan 2024- 2029 di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2024). (Sekretariat Presiden)
lantik: Presiden RI, Prabowo Subianto melantik anggota Kabinet Merah Putih masa jabatan 2024- 2029 di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2024). (Sekretariat Presiden)

-- Presiden Dianggap Abaikan Kontribusi Sultra

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto baru saja melantik para Menteri dan Wakil Menteri (Wamen) dalam Kabinet MerahPutih. Terdapat 48 Menteri dan 56 Wamen dalam kabinet yang dilantik di Istana Negara, Jakarta, kemarin.

Menariknya, tidak ada perwakilan dari Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam kabinet tersebut. Padahal, belum lama ini, Presiden telah memanggil salah satu tokoh Sultra yang digadang-gadang untuk mengisi kabinetnya.

K e t i a d a a n p e r w a k i l a n Sultra dalam kabinet Prabowo-Gibran menuai penyesalan dari berbagai pihak. Pakar Ilmu Pemerintahan Sultra, Andi Awaluddin Ma’aruf, menyayangkan tidak terakomodirnya tokoh Sultra, mengingat kontribusi daerah terhadap kemajuan negara cukup besar.

“Seharusnya, ada keterwakilan daerah. Misalnya, Pak Ali Mazi atau Pak Anton Timbang bisa masuk jajaran kabinet mengingat kontribusi mereka,” ungkap Andi Awaluddin Ma’aruf, kemarin.

Meskipun demikian, Andi memaklumi kebijakan yang diambil Presiden Prabowo, karena ada pertimbangan lain dalam susunan kabinet yang merupakan hak prerogatif kepala negara.

“Kita berharap mereka yang dilantik dapat bekerja maksimal untuk kesejahteraan masyarakat,” harapnya.

Senada, Pengamat Politik Sultra, Dr.Muh Najib Husain juga menyayangkan ketiadaan keterwakilan Sultra dalam kabinet. Menurutnya, Sultra telah memberikan kontribusi besar, terutama di sektor pertambangan, mencapai sekitar 45 persen untuk negara.

Ia juga memprediksi, keterwakilan Sultra di kabinet Merah Putih sulit terwujud, mengingat sejak Indonesia merdeka, belum ada satu pun menteri atau Wamen yang berasal dari Sultra.

“Orang Sultra memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan daerah lain, tapi belum ada yang menjadi menteri. Itu yang menjadi kendala,” kata Najib Husain.

Sembilan Tokoh Berdarah Sulsel di Kabinet Merah Putih

Presiden Prabowo baru saja melantik para menteri dan wakil menteri. Dilansir dari fajar.co.id, terdapat sembilan tokoh asal Sulsel yang masuk ke dalam Kabinet Merah Putih Prabowo - Gibran.

Mereka adalah pertama, Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin. Pria kelahiran Makassar, 30 Oktober 1952 (usia 71 tahun). Dihimpun berbagai sumber, Sjafrie Sjamsoeddin merupakan keturunan panglima perang La Temmu Arung Labuaja.

La Temmu Page, adalah seorang bangsawan Bugis. Seorang Arung terjun langsung memimpin pasukan mengangkat senjata, bertempur mengusir pasukan penjajah yang menyerbu negeri Kerajaan Bone yang aman dan tenang.

Sementara itu, ayah Sjafrie, Sjamsoeddin Koernia merupakan anggota ABRI, terakhir berpangkat letnan kolonel. Memiliki masjid di Desa Labuaja Kecamatan Kahu, Bone.

Sebelumnya, Sjafrie Sjamsoeddin sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan Indonesia.

Kedua, Menteri Agama, Nazaruddin Umar.

Pria kelahiran 23 Juni 1959 (umur 65)

Ujung, Dua Boccoe, Bone, Sulawesi Selatan. Merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta. Sebelumnya ia menjabat sebagai Wakil Menteri Agama Republik Indonesia dari tahun 2011 sampai 2014.

Ketiga, Menteri Hukum, Supratman Andi Agtas.

Pria kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan, 28 September 1969 (umur 55). Seorang akademisi, advokat, dan politikus Indonesia yang sempat menjabat sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menggantikan Yasonna Laoly. Sebelumnya ia menjabat sebagai anggota DPR-RI selama dua periode sejak 2014 hingga 2024.

Keempat, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia/Kepala BP2MI, Abdul Kadir Karding.

Pria kelahiran Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, 4 September 1973 (usia 51 tahun). Meski lahir di Donggala, ayah dan ibu Abdul Kadir berasal dari Donri-Donri, Soppeng, Sulsel.

Sebelumnya, Abdul Kadir menjabat sebagai Anggota DPR RI 2009-2024. Merupakan politisi PKB.

Kelima, Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid. Wanita kelahiran 3 Mei 1978 (umur 46). Seorang wartawati dan politikus Indonesia. Meutya Hafid merupakan wanita berdarah Bugis Tettikenrarae Kecamatan Marioriwawo, Soppeng dari sang ayah, Anwar Hafid.

Sebelumnya Meutya menjadi Anggota DPR-RI sejak 2010 menggantikan Burhanuddin Napitupulu yang meninggal dunia. Seorang kader Partai Golongan Karya, ia mewakili daerah pemilihan Sumatera Utara

Keenam, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 27 April 1968 (umur 56 tahun). Untuk ketiga kalinya menjabat sebagai Mentan.

Sebelum menjadi menteri, ia adalah pemimpin Tiran Group, sebuah perusahaan konglomerat yang bermarkas di Makassar ini sebagian besar beroperasi di Indonesia Timur.

Ketujuh, Wakil Menteri Luar Negeri, Anis Matta.

Pria kelahiran 7 Desember 1968 (umur 55 tahun)

Ajangale, Bone, Sulawesi Selatan. Sekolah dasar dilaluinya di SD Katolik Mathias I di Tual, Maluku Tenggara, kembali ke Bone dan lulus dari SD Inpres Welado, Bone. Ia lalu masuk pondok pesantren pada usia SMPSMA di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Gombara, Makassar.

Anis melanjutkan pendidikan setelah mendapat beasiswa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), Jakarta. Ia merampungkan sarjana jurusan syariah pada 1992. Saat ini juga sedang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia sejak 2019.

Delapan, Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia dan Wakil Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Zulfikar Ahmad Tawalla

Pria kelahiran 28 April 1987, Sungguminasa, Gowa, Sulsel. Putra ulama kharismatik asal Gowa, K.H. Ahmad Tawalla, yang juga aktif di Muhammadiyah. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi di Sulawesi Selatan.

Kesembilan, Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan, Didit Herdiawan. Pria kelahiran 13 September 1961 (umur 63 tahun). Merupakan putra daerah Sulawesi Selatan yang berasal dari Bulukumba.

Didit merupakan seorang Purnawirawan perwira tinggi TNI-AL yang sebelumnya menjabat Asisten Khusus Menhan Bidang Matra Laut. Didit Herdiawan merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke29 tahun 1984. (selfi/fajar/ ags/b)

  • Bagikan