Pengidap TBC di Kota Kendari Naik, Ini yang Dilakukan Dinkes

  • Bagikan

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID---Kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Kendari terus meningkat. Hingga September 2024, Dinas Kesehatan Kendari mencatat sebanyak 880 kasus baru TBC, dengan rincian kasus sensitif obat dan resisten obat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Kendari, Ellfi menyatakan bahwa meski jumlah kasus baru mendekati seribu, ada kabar baik terkait angka kesembuhan.
“Angka kesembuhan kita cukup baik, sudah mencapai 69%. Ini menunjukkan bahwa edukasi tentang pentingnya kepatuhan minum obat sudah mulai berhasil,” ungkapnya.

Dari 880 kasus baru tersebut, pasien yang terkonfirmasi TBC sensitif obat cenderung lebih mudah sembuh karena masa pengobatannya lebih singkat. Sementara itu, kasus resisten obat biasanya terjadi karena pasien tidak menuntaskan pengobatan atau menggunakan obat yang tidak sesuai dengan program pemerintah.

Kendati demikian, TBC masih menjadi salah satu penyakit menular yang memerlukan penanganan serius. Menyikapi hal ini, WHO menargetkan eliminasi TBC pada tahun 2030, yang mencakup pengurangan angka kematian, jumlah kasus baru, serta beban biaya penanggulangan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan kontribusi besar terhadap kasus TBC global, telah merespons dengan strategi peningkatan penemuan kasus secara aktif dan masif.

Elfi juga menjelaskan salah satu metode yang sedang ditingkatkan di Kendari adalah investigasi kontak, yakni pelacakan terhadap orang-orang yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC terkonfirmasi.

“Penemuan aktif kita fokuskan pada orang yang menunjukkan gejala khas TBC, seperti batuk lebih dari dua minggu, demam, dan penurunan berat badan. Namun, melalui investigasi kontak, kami juga mencari orang yang kemungkinan tertular dari pasien yang sudah terkonfirmasi,” jelasnya.

Investigasi kontak di Kota Kendari masih menghadapi tantangan. Hingga saat ini, investigasi kontak baru dilakukan secara maksimal pada pasien yang ditemukan di puskesmas. Sebaliknya, penemuan kasus di rumah sakit belum berjalan optimal, Karena memang keterbatasan sumber daya manusia yang ada di rumah sakit. Dikarenakan memang dia tidak punya wilayah kerja, semua orang bisa mengakses rumah sakit berbeda dengan puskesmas.

"Karena hal tersebut Dinas Kesehatan Kendari terus berkomitmen untuk mempercepat penanganan TBC melalui kerja sama dengan rumah sakit dan tenaga medis, khususnya dokter dan perawat yang bersentuhan langsung dengan pasien TBC. Petugas medis akan memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya investigasi kontak, termasuk informasi mengenai kunjungan petugas untuk melacak siapa saja yang berpotensi tertular," tuturnya.

Selain memastikan kontak erat pasien tidak tertular, Dinas Kesehatan juga akan melakukan pemeriksaan terhadap orang yang terlihat sehat tetapi kemungkinan sudah terinfeksi kuman TBC.

“Ada orang yang tampak sehat, tetapi setelah diperiksa, ternyata sudah memiliki kuman TBC. Jika tidak ada gejala, kita anggap sebagai TBC laten dan pasien akan diberikan terapi pengobatan,” jelasnya.

Penting untuk memastikan bahwa pasien TBC, baik yang sudah menunjukkan gejala maupun TB laten, menjalani pengobatan dengan benar. Selama dua minggu pertama pengobatan, pasien masih berpotensi menularkan penyakitnya. Oleh karena itu, edukasi mengenai perilaku hidup bersih, penggunaan masker, dan pembatasan kontak dengan orang lain menjadi prioritas utama.

Capaian investigasi kontak TBC di Kota Kendari saat ini masih rendah, namun dengan komitmen semua pihak, diharapkan investigasi kontak dapat berjalan lebih baik pada tahun 2024.

“TBC tidak akan selesai hanya dengan mengobati pasien yang terkonfirmasi. Kita juga harus memastikan bahwa orang-orang di sekitarnya tidak tertular. Investigasi kontak ini menjadi kunci dalam memutus mata rantai penularan,” tutupnya.

Masyarakat diminta untuk tidak takut atau merasa terdiskriminasi dengan adanya penderita TBC di sekitar mereka. “TBC bisa sembuh jika pengobatannya diikuti dengan benar, termasuk untuk pasien yang resisten obat. Penting bagi masyarakat untuk tetap tenang dan mendukung proses penyembuhan dengan memahami pentingnya kepatuhan dalam pengobatan,” pungkasnya. (M1)

  • Bagikan

Exit mobile version