DP3A Kendari Kampanye Stop Bullying

  • Bagikan
PERUNDUNGAN ANAK : Kampanye stop bullying di SMPN 12 Kendari kemarin. Untu mencegah perundungan, DP3A Kota Kendari turun ke sekolahsekolah. (LAODE IDRIS SYAPUTRA/ KENDARI POS)
PERUNDUNGAN ANAK : Kampanye stop bullying di SMPN 12 Kendari kemarin. Untu mencegah perundungan, DP3A Kota Kendari turun ke sekolahsekolah. (LAODE IDRIS SYAPUTRA/ KENDARI POS)

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID- Seperti halnya HIV Aids, kasus bullying masuk kategori fenomena gunung es. Banyak terjadi, namun hanya sedikit yang terlihat. Atas dasar itulah, Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari tak henti mengkampanyekan stop bullying. Efek dari bullying cukup parah. Tidak hanya secara fisik, mental korban perundungan bisa terganggu.

Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Kendari Haslita mengatakan akan terus menyadarkan tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak, khususnya di lingkungan sekolah. Bullying merupakan salah satu bentuk kekerasan yang berdampak buruk terhadap kesehatan mental dan perkembangan anak.

“Kami ingin memastikan sekolah menjadi tempat yang aman dan ramah bagi anak-anak kita. Bullying tidak boleh dibiarkan, karena hal itu bisa merusak masa depan mereka,” ujar Haslita ketika kampanye stop bullying di SMPN 12 Kendari kemarin.

Kampanye stop bullying lanjutnya, berupa sosialisasi definisi bullying, dampak psikologis yang ditimbulkan, hingga cara-cara mencegah terjadinya tindakan tersebut. Siswa diajak untuk lebih peka terhadap perilaku yang mengarah pada bullying, baik secara fisik maupun verbal, serta dilatih untuk melaporkan tindakan tersebut kepada guru atau pihak berwenang.

“Kami berharap dengan adanya kampanye ini, anak-anak bisa lebih memahami bahwa bullying bukanlah hal yang bisa ditoleransi. Selain itu, mereka juga diharapkan mampu menjadi agen perubahan di sekolah untuk mencegah bullying,” tambahnya.

Ia berharap kegiatan ini enjadi langkah awal yang baik untuk menekan kasus bullying di kalangan pelajar dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif.

Dengan begitu, budaya bullying yang selama ini masih terjadi di kalangan remaja dapat perlahan hilang, dan anak-anak dapat tumbuh serta berkembang dalam suasana yang aman dan penuh kasih sayang. (b/m4)

  • Bagikan