Virus Jembrana Intai Ternak

  • Bagikan
ILUSTRASI: FAHRI/KENDARI POS
ILUSTRASI: FAHRI/KENDARI POS

-- Ratusan Sapi Ditemukan Mati

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Setelah virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kini masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) dibuat was-was. Virus Jembrana yang menyerang hewan ternak sapi di sejumlah provinsi di Indonesia, mulai mewabah di Bumi Anoa. Dari hasil pemeriksaan, sejumlah ternak terindentifikasi positif terserang virus Jembrana.

Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sultra Asrun Lio mengimbau masyarakat agar tetap bijak dan tenang dalam menyikapi informasi terkait virus Jembrana yang menyerang ternak sapi. Virus ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan peternak dan konsumen, mengingat dampaknya terhadap hewan ternak.

"Tidak perlu panik. Jangan meragukan keamanan konsumsi daging sapi, terutama yang berasal dari Rumah Potong Hewan (RPH). Apalagi virus Jembrana tidak bersifat zoonosis, artinya tidak dapat menular dari hewan ke manusia," jelasnya kemarin.

Pemprov melalui Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distannak) Sultra lanjutnya, telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mengatasi penyebaran virus Jembrana yang diduga menjadi penyebab kematian sapi di beberapa wilayah, terutama di Bombana. Salah satunya berkoordinasi dengan Direktorat Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan).

Koordinasi ini dimulai sejak 7 Desember 2023, dengan surat resmi yang dikirimkan pada 14 Desember 2023 untuk permohonan bantuan vaksin Jembrana. Paada 19 Desember 2023, sebanyak 15 ribu dosis vaksin dikirimkan dan diterima. Dari jumlah tersebut, Bombana mendapat alokasi 2.000 dosis vaksin, yang kemudian digunakan dalam upaya vaksinasi pada Juli 2024.

“Kami melakukan imbauan melalui Pejabat Otoritas Veteriner (POV) provinsi, untuk tindakan biosecurity yang ketat dan pembatasan lalu lintas ternak dari daerah tertular ke daerah bebas,” ujar Asrun.

]Tindakan biosecurity ini sangat penting untuk mencegah penyebaran virus ke daerah lain yang masih bebas dari virus Jembrana. Selain itu, langkahlangkah pengawasan dan pengendalian juga diperketat melalui kerja sama dengan pemerintah daerah kabupaten dan kota.

Kepala Distannak Sultra La Ode Muhammad Rusdin Jaya mengungkapkan kasus ini pertama kali dilaporkan pada 18 Juli 2023 berdasarkan hasil uji laboratorium dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros. Hingga 18 September 2024, laporan dari dokter hewan yang bertugas di Dinas Pertanian Bombana menunjukkan bahwa kematian ternak sapi telah mencapai ratusan ekor, yang tersebar di beberapa kecamatan.

Kejadian ini mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak. Kematian ternak sapi tidak hanya menurunkan produksi daging sapi, tetapi juga mempengaruhi target penjualan peternak. Selain itu, penyebaran virus Jembrana berpotensi meluas ke daerah lain melalui vektor biologis, seperti serangga, yang dapat memperparah situasi.

“Atas kejadian tersebut, tentu mengakibatkan kerugian ekonomi dan kekecewaan peternak, dikarenakan target penjualan mereka tidak sesuai harapan. Dampak negatif lainnya, bisa menyebarkan penyakit Jembrana ke lokasi baru dikarenakan vektor biologis,” terang Rusdin Jaya.

Sebagai langkah lebih lanjut, pada 1 Agustus 2024, Distanak Sultra melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian Bombana dan Direktorat Kesehatan Hewan terkait dukungan vaksin dan langkah penanggulangan lainnya.

Untuk meminimalkan penyebaran virus Jembrana, pemerintah telah mengedepankan pentingnya penyediaan informasi, edukasi, dan komunikasi (KIE) terkait penyakit ini, serta penguatan fasilitas biosecurity. "Fasilitas yang dibutuhkan termasuk desinfektan, sprayer, dan alat dipping untuk kendaraan yang keluar masuk area pemotongan ternak di daerah yang terdampak juga telah tersedia,"paparnya Rusdin mengimbau para peternak secara aktif melaporkan jika ada tanda-tanda infeksi pada hewan ternak mereka, menjaga kebersihan kandang, serta segera melakukan vaksinasi. Menurut laporan petugas medis veteriner, tingkat kematian ternak akibat virus Jembrana lebih tinggi di daerah yang belum melakukan vaksinasi dibandingkan dengan daerah yang telah divaksin.

“Kami juga akan membicarakan terkait pembentukan gugus tugas pencegahan dan pengendalian Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS),” ungkapnya. (b/rah)

  • Bagikan