KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sewaktu-waktu bisa terjadi. Apalagi di musim kemarau seperti saat ini. Kondisi temperatur udara yang panas bisa memicu kebakaran Berdasarkan data dari Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), luas area yang terbakar di Sulawesi Tenggara hingga 31 Juli 2024 mencapai 225,048 hektar.
Kabid Perlindungan Hutan, Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Dinas Kehutanan (Dishut) Sultra Rafiuddin mengatakan area kebakaran tersebar di sembilan daerah. Kabupaten Buton Tengah (Buteng) mencatatkan luas area terbakar terbesar yaitu mencapai 136,198 hektar. Disusul Bombana dengan 35,6 hektar Konawe Utara (Konut) 15,8 hektar dan Wakatobi dengan 14,66 hektar.
"Daerah lain seperti Buton, Muna, Konawe Selatan, Konawe, dan Kolaka juga mencatatkan area yang terbakar, meski dalam skala yang lebih kecil. Luas lahan yang terbakar di Buton mencapai 8,629 hektar, Muna seluas 6,479 hektar, Konawe Selatan (Konsel) 4,517 hektar, Konawe 2,015 hektar dan Kolaka seluas 1,15 hektar ," jelasnya kemarin.
Data Direktorat PKHL kata Rafiuddin, merupakan hasil pantauan satelit yang mencakup seluruh tutupan lahan di wilayah Sultra, baik yang merupakan kawasan hutan lindung, produksi maupun konservasi.
"Ini kan berdasarkan data Direktorat PKHL dari pantauan satelit yang melihat tutupan lahan yang ada secara keseluruhan wilayah," kata Rafiuddin.
Namun data PKHL berbeda dengan pantauan lapangan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Dari hasil pantauan KPH, belum ditemukan adanya kebakaran hutan dan lahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara data yang didapatkan melalui pantauan satelit dengan kondisi di lapangan.
"Data Direktorat PKHL, bukan hanya hutan lindung dan produksi, tapi juga konservasi yang menjadi kewenangan mereka. Data yang diperoleh dari satelit sering kali mencakup seluruh tutupan lahan, baik yang berada di bawah pengelolaan pemerintah maupun masyarakat, sehingga perlu pemahaman yang lebih mendalam terkait interpretasi data tersebut," jelasnya.
Mengingat situasi yang semakin rawan, Dishut Sultra terus mengupayakan berbagai langkah pencegahan, baik melalui sosialisasi kepada masyarakat maupun koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memperkuat pengawasan di lapangan.
"Selain imbauan untuk tidak membakar lahan, masyarakat juga diajak untuk aktif melaporkan jika melihat adanya potensi kebakaran atau kebakaran kecil yang dapat segera diatasi sebelum meluas," tegasnya.
Pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan, terutama di musim kemarau ini, menjadi kunci utama dalam upaya mencegah Karhutla.
"Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pihakpihak terkait, diharapkan ancaman kebakaran hutan dan lahan di Sultra dapat diminimalisir sehingga tidak berdampak lebih luas pada kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat," pungkasnya. (c/rah)