Setajam Badik-Sekeras Intan: Elegy Menghantar Bang Faisal Basri

  • Bagikan

Oleh: LAODE M. SYARIF

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID-Tubuhnya terlalu ringkih untuk dibandingkan dengan gajah dan badak Sumatra yang hampir punah, muasal leluhurnya.

Jika ditakar, dia mungkin setingkat harimau Sumatera yang soliter dan terancam kelangsungan hidupnya.

Tapi dalam raga yang biasa itu, matanya tidak dapat tidur bila melihat ketidak-jujuran dan ketidak-adilan.

Mata raganya setajam mata elang Jawa dalam menilik sengkarut ekonomi negeri yang hanya memberi kemewahan pada segelintir oligarki yang kehilangan kompas moral dan etika.

Bang Faisal, harimau Sumatera, yang rajin mengumpul data ketidakadilan ekonomi dalam ransel hitam yang selalu menempel di punggungnya kemanapun dia berkelana.

Jika hasil analisis ketidak-adilan ekonomi yang dia tulis dan suarakan tidak diindahkan penguasa dan pengusaha zalim, suara bariton-nya yang serak akan berubah jadi auman tenor dan taringnya tidak ragu untuk menunjuk hidung siapa saja yang dianggapnya zalim pada ibu pertiwi.

Bang Faisal, harimau Sumatra yang hatinya hanya bersekutu dengan kebenaran dan keadilan. Dia menolak pengekangan pikiran walau dengan imbalan kemewahan dan puja-puji yang memabukan.

Bang Faisal teguh merawat mata hatinya yang jernih dan dalam kamusnya: air suci tidak boleh tercampur noda. Dia paham bahwa noda adalah ‘ancaman penjara’ bagi orang yang teguh menyuarakan kebenaran.

Kebersihan hati, keberpihakan pada yang tertindas, dan kebencian-nya pada kezaliman, menempah Bang Faisal untuk berani menghujat kemungkaran walaupun sang lawan adalah penguasa tinggi negara.

Keberanian dan ketajaman analisisnya bagai pamor dalam kombinasi badik-keris-rencong yang disepuh dengan intan-manikam khatulistiwa.

Keberanian-nya dalam bersikap dan bersuara seharusnya mempermalukan lelaki se nusantara yang hanya mampu menggerutu dalam hati.

Kamis, 5 September 2024, saya tafakur dan memejamkan mata di kaki jasad-nya yang siap menghadap Rab-nya.

Dalam mata yang masih tertutup, saya bertanya pada jasad-nya: dari mana sumber kekuatan dan ketabahan-mu?

Ketika mata saya terbuka, saya mendekati IBU-nya yang sedang duduk menatap jasad putra-nya.

Ketika, saya menjabat tangan dan memperkenalkan diri pada beliau, sang Ibu menarik saya dan membisikan sesuatu di telinga saya: ‘Doakan Faisal dan doakan saya agar saya kuat dan tabah’.

Air mata hangat beliau yang mengenai pipi saya dapat melelehkan intan dan memadamkan gunung api.

Bang Faisal Basri telah menghadap Rab-nya dalam perjuangan untuk negeri yang adil dan menolak bersekutu dengan kezaliman.

Bang Faisal menghadap Illahi dalam kesucian. Dia gajah dan harimau nusantara yang meninggalkan gading dan belang.

Bang Faisal mewariskan ilmu, KEBERANIAN dan kompas MORAL buat seantero anak negeri.

Jakarta-Makassar, 7 September 2024

Murid yang Berduka

LAODE M. SYARIF

  • Bagikan

Exit mobile version