Siap Hadapi Perubahan Iklim

  • Bagikan

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - PERUBAHAN iklim mengancam produksi pertanian. Banjir dan kekeringan meniadi momok bagi lahan pertanian potensial di Sultra. Meski begitu, Distanak Sultra di bawah komando LM. Rusdin Jaya telah menyiapkan skema untuk menghadapi dampak perubahan iklim.

Kepala Distanak Sultra La Ode Muh. Rusdin Jaya mengatakan akibat banjir tahun 2024 membuat Sultra ditaksir kehilangan 10.541,12 ton Gabah Kering Giling (GKP) atau Rp177,09 Miliar. Juga tanaman jagung yang mengalami kerusakan akibat banjir pada tahun 2024 seluas 134 hektar. Taksiran kehilangan hasil akibat banjir pada tanaman jagung mencapai 266 ton di Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan.

Rusdin menuturkan, untuk meminimalkan dampak bencana alam seperti banjir dan kekeringan terhadap tanaman pangan, maka perlu dilakukan beberapa Langkah antisipasi antara lain daerah banjir yakni pengaturan waktu tanam dengan metode pembuatan pola tanam yang lokal spesifik yang dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga pada waktu diramalkan terjadi banjir, tanaman sudah panen atau berada pada kondisi relatif tahan terhadap kelebihan air," jelasnya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sultra LM.
Rusdin Jaya bersama Dandim 1417 Kendari saat panen padi.

Selanjutnya pemilihan varietas yang relatif tahan terhadap kelebihan air, penyediaan dan perawatan embung/ sumur-sumur atau dibuat pengairan sebagai penampung air pada saat curah hujan tinggi sehingga dapat menjadi cadangan air.

"Melakukan pemeliharaan dan perbaikan sarana pengairan seperti sanitasi saluran air/tanggul sehingga dampak negatifnya tidak menimbulkan kerugian. Membimbing petani untuk tidak memaksakan diri menanam tanaman yang tidak tahan terhadap cekaman kelebihan air di lahan yang rawan banjir, petani mau melakukan pola dan strategi tanam yang sesuai dengan kondisi air berlebih," ucapnya.

Mantan Karo Administrasi Pembangunan Sultra menyampaikan untuk daerah kekeringan yakni terhadap daerah yang terlanjur tanam diu-payakan kemudahan mendapatkan sarana penanggulangan kekeringan antara lain dengan pompanisasi (bila sumber air tersedia) di pinggir areal pertanaman.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sultra LM. Rusdin Jaya memantau kondisi tanaman padi.

Kemudian pengaturan waktu tanam dengan metode pembuatan pola tanam yang bersifat lokal spesifik yang dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga pada waktu diramalkan terjadi kekeringan, tanaman sudah panen atau berada pada kondisi relatif tahan terhadap cekaman kekurangan air.

"Pemilihan varietas yang relatif tahan terhadap cekaman kekuran-gan air, penyediaan dan perawatan embung/ sumur-sumur atau dibuat pengairan yang hemat seperti pengaturan pengairan yang ada.

Penggantian tanaman padi dengan tanaman yang tidak banyak membutuhkan air seperti jagung, kacang hijau dan lain-lain," ucapnya.

Langkah berikutnya, membimbing petani untuk tidak memaksakan diri menanam tanaman yang tidak tahan terhadap kekurangan air di lahan yang rawan kekeringan. Petani melakukan pola tanam yang sesuai dengan kondisi kering. "Gerakan penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI), dan khusus untuk daerah-daerah rawan kekeringan. Plot antisipasi kekeringan yang direncanakan dan dilaksanakan di wilayah pengamatan provinsi maupun kabupaten/kota, yang berarti petani sebagai bagian pengguna ikut memutuskan penetapan pemilihan varietas/Jenis komoditas dan saat tanam dari tanaman yang dibudidayakan petani bersamaan dengan pembuat kebijakan, sehingga kerugian yang terjadi dari kejadian bencana alam dapat dikurangi, dihindari dan atau diminimalkan”.

Rusdin melanjutkan bahwa saat diramalkan terjadi kekeringan, tanaman sudah panen atau berada pada kondisi relatif tahan terhadap ancaman kekurangan air. Selain itu, Rusdin fokus memperjuangkan aspirasi Petani agar mendapatkan bantuan, terbukti ratusan alat dan mesin pertanian telah disalurkan dan diberikan pada kelompok tani baik yang bersumber dari APBD maupun APBN yang bertujuan untuk mendorong mekanisasi dan modernisasi Pertanian di Sultra.

“Secara garis besar, kami terus berupaya untuk menggenjot LTT/PAT, pompanisasi, irigasi perpompaan, pemanfaatan padi gogo untuk lahan kering. Kami terus berupaya untuk hadir di tengah Petani. Sebab bertani bukanlah sekadar menumbuhkan tanaman, melainkan menjaga proses kehidupan”, tutup alumni Magister UGM ini. (***)

  • Bagikan