La Haruna, Dari Honorer PPL Hingga Dua Kali Jabat Bupati

  • Bagikan
La Haruna SP., M.Si Penjabat Bupati Buton (IST)
La Haruna SP., M.Si Penjabat Bupati Buton (IST)

-- Kerasnya Hidup Jadi Motivasi Tumbuh Sebagai Birokrat Ulet dan Militan

KENDARIPOS.FAJAR.CO.ID - La Haruna adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kini berkarir di lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra). Pria kelahiran 1968 tersebut menakhodai Dinas Perkebunan dan Hortikultura sejak hijrah dari Pemkab Buton Selatan, 2018 silam. Berkat dedikasinya yang totalitas sebagai Abdi Negara, pemilik gelar Sarjana Pertanian dan Magister Sains itu mendapat kepercayaan dari Presiden Joko Widodo untuk menjadi penjabat Bupati Buton.

Kiprah La Haruna hingga menjadi orang nomor satu di Buton, tidaklah instan. Prosesnya melalui jalan yang cukup panjang. Bahkan Ia harus mulai menapak karir dari tingkatan terbawah sebagai seorang honorer. La Haruna mengawali pengabdiannya sebagai tenaga honorer di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Buton pada tahun 1993 silam. Beberapa tahun kemudian Ia terangkat PNS dengan peran sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Sebelum nasibnya membaik dengan honor dan gaji dari negara, La Haruna sudah berjibaku melawan kerasnya tantangan mencari nafkah sendiri. Ia terlahir bukan dari kalangan pengusaha maupun keluarga mapan ekonomi. Ia justru anak petani yang memiliki banyak keterbatasan. Karena cita-cita, Ia tak pasrah dengan keadaan.

Kiprah La Haruna hingga menjadi Pj Bupati Buton, tidaklah instan. Prosesnya melalui jalan panjang. Ia harus mulai menapak karir dari tingkatan terbawah sebagai honorer. Sudah dua kali La Haruna menjabat sebagai bupati di Kolaka Timur dan di kampung halamannya, Buton. La Haruna sudah mematrikan niat menyelesaikan persoalanpersoalan urgen di otorita kendalinya. Kapasitasnya menjadi alat untuk memudahkan urusan orang lain, sepanjang tidak menyalahi aturan (ELYN IPO/KENDARI POS)

“Dulu cari uang untuk makan saja susah. Apalagi untuk bayar sekolah. Saya kerja apa saja. Pernah dorong gerobak, angkut-angkut pasir yang dibayar 1.000 rupiah tiap ret. Kerasnya hidup luar biasa. Alhamdulillah bisa dilewati,” kenangnya.

Kegigihan dan kerja keras yang terpatri dalam jiwa La Haruna itu terbawa hingga saat ini. Semua kegetiran hidup menjadikan dirinya tumbuh sebagai birokrat ulet dan militan. Di manapun La Haruna bertugas, di sanalah pengabdian terbaik diberikan. Makanya Ia terus dipercaya pimpinan untuk mengemban amanah.

Terhitung sudah dua kali La Haruna menjabat sebagai bupati. Pertama di Kabupaten Kolaka Timur dan kini di kampung halamannya, Kabupaten Buton. Fakta menariknya lagi, La Haruna selalu masuk bursa usulan penjabat bupati di beberapa daerah. Ia kerap diusul oleh DPRD seperti Buton Tengah, Kolaka dan Buton. Itu menjadi bukti jika kepiawaiannya memimpin daerah sudah diakui publik. (b/lyn/adv)

  • Bagikan